Pernahkah kau menepi, berlindung dari rintik hujan? Ataukah kau
terus berjalan hingga kebasahan? Ketika itu aku menepi. Untuk sementara waktu,
menengadah kepala keatas melihat rintik hujan yang jatuh. Diantara sela-sela
air itu aku melihatmu. Mencoba sedikit kembali mengingat masa lalu, dimana kita
(pernah) duduk ditemani secangkir kopi hangat di sebuah café. Melihat ke
jendela, mengikuti suasana dan menikmati sejuknya aroma hujan, kau mulai
berbagi cerita. Telapak tanganmu menopang dagu, matamu menuju langit-langit café
tersebut, berusah menguak kembali kisah-kisah yang pernah dilalui, entah itu
pahit atau manis.
Dan aku mendengarkannya. Melihat matamu, melihat gerak-gerik
mulutmu. Kemudian aku meraih tanganmu, menggenggam, semoga engkau tahu,
kenyamanan itu adalah saling berbagi kehangatan. Teruslah bercerita. Biarkan aku
tenggelam dalam kisahmu. Mungkin saja kita punya cerita sama, ataupun berbeda. Ya,
berbagi dan saling mengisi.
Lihatlah kaca jendela itu, mulai berembun. Aku ingin
tunjukkan sesuatu, telunjuk ini akan menulis nama kita berdua. Ketika hujan
reda, yang nantinya cahaya akan menguapkannya. Lalu jendela menyimpannya dalam
memori, saat waktu tiba ia akan menjadi saksi bahwa kita pernah disini, duduk
berdua berbagi cerita hingga rintik hujan reda walaupun kita tak lagi bersama.
0 comments:
Post a Comment