Mungkin
jalanku mengalami hal ini, merasakan apa yang namanya ‘Cinta Tak Terbalaskan’?
Pedih? Tentu saja. Ketika permulaannya hanya bisa diam-diam menyimpan perasaan,
memperhatikan dari jauh orang yang disuka, dan berharap suatu waktu bisa
bersama berdua. Dan saat ini itu hanyalah semu. Apa yang terjadi, berbeda dari
ekspektasi, membuyarkan semua khayalan tentangmu dan mimpi tentang kita.
Cinta tak
terbalas dihadap pada sebuah dinding penghalang. Berpikir bagaimana cara
melewatinya, bukan cara meruntuhkannya. Dinding itulah bernama “sebatas teman
biasa”. Berbeda? Tidak. Namun ada sesuatu yang ditelisik baik-baik, yaitu menyimpan
perhatian yang dalam. Adanya kasih sayang yang lebih dari seorang teman, yang
tidak ditunjukkan secara nyata.
Tersembunyi.
Seperti tidak ada namun ada.
Cinta tak
terbalas. Perasaan yang hanya bisa menggapai, tidak bisa menggenggam. Tidak
saling memiliki, hanya pada satu hati. Menyampaikan pesan namun tak terkirim. Membawa
seikat bunga namun tersembunyi dibelakang punggung. Menyanyikan lagu yang
liriknya dari hati, namun hanya bisa didengar sendiri. Tidak bisa menunjukkan, hanya bisa disimpan. Yang nantinya
akan menjadi pengganjal hati, menyadari diri sendiri miris tanpa berani
mengungkapkan.
Aku hanya
bisa menjadi pendengar. Memberi sedikit hadiah sebagai bukti dari cinta. Berharap
agar kamu peka dan mengerti. Namun, apa yang kamu lihat tentangku, tidak begitu
istimewa. Sebab aku tidak sama sekali seperti orang yang mempunyai kepastian. Bimbang
dengan persoalan hati yang enggan untuk berbagi.
Keraguanlah
yang membunuhku. Tidak menyadari bahwa kesempatan itu diciptakan, bukan dinanti
sampai ada. Lalu apa? Dia kemudian pergi. Dengan seorang pria yang menjadi
kekasih barunya yang berani memberikan janji. Sedangkan aku, masih seperti itu,seorang
pengagum diam. Tak ada kata yang diungkapkan, hanya perasaan yang berusaha
sendiri menemui jawabannya.
0 comments:
Post a Comment