Saturday, June 8, 2013

Seperti Kisah Kemarin

0 comments



Ketika kita terlelap dalam buaian asmara cinta, masih ada yang mengganjal hati apakah kita akan tetap seperti ini pada biasanya. Bukannya saling menjaga, tapi perlahan kau mulai menumbuhkan jenuh, menyangkutkan pada ranting pikiran. Bercabang banyak dan patah. Lalu kau tegak diam tak bersuara. Ada yang lebih penting dari sekedar mencari bahagia, yaitu mencari makna dalam kesedihan. Ada hal yang lebih penting dari sekedar kebersamaan, yaitu rasa yang dimiliki masing-masing yang takut akan kehilangan.  Kebersamaan tak melulu tentang berdua dan bercumbu mesra. Ada saatnya kebersamaan diuji ketika kita terpisah oleh beribu mil jaraknya.   

Dulu kita saling berbagi cerita. Kita saling menguatkan perasaan, mendekat diri pada keberadaan. Tiada yang mungkin hadir tanpa kesetian, tiada yang berjalan melangsungkan hubungan tanpa ada genggaman. Tapi satu, aku tak terlalu suka mengurung perasaan dengan janji bahkan membuai kata dalam ungkapan bibir. Karena bagiku, memaksa berjanji karena takut kehilangan itu tak ada gunanya. Padahal banyak diluar sana tetap setia dalam penantian sekalipun ia telah lama ditinggalkan. Meski kita saling mempunyai mimpi bahagia bersama, berdua, itu sebuah fatamorga yang akan menyakitkan kita ketika kita tak lagi bersama, berdua. 

Kabut. Kau menyamarkan bayangan kepergian. Melenyapkan semua asa yang telah dikonstruksi pikiran. Hati yang teguh perlahan mulai meluluh. Tak satupun jejak yang kau sisipkan disetiap langkah perpisahan. Tak tertanam sedikitpun akan rasa kebencian di pikiranku, bagaimanapun juga kau dulu pernah mengisi hari-hariku. Ya seperti kataku, aku tak mau terlalu berjanji, bukannya aku tak percaya pada perasaan, seperti inilah terjadi, banyak yang menjalar menundukkan kuasa kita dalam mempertahankan hubungan. Setidaknya kepergianmu menjadi bukti, bahwa di setiap janji, ada beban tanggung jawab yang tersisipi. Aku mulai mengerti, menjalani hari kedepanku tanpa ragu. Menyongsong fajar yang menghangatkan tubuh, menyaksikan petang yang mulai meredup. senja yang tenggelam hanya secuil gambaran yang belum bisa mempresentasikan tentang hari esok. Sedikit kuasaku menaruh harapan diujungnya.

Jadilah diri sendiri, karena dalam setiap pengertian dan pengorbanan, perlu mengetahui seluk beluk kepribadian. Tak hanya perasaan, terkadang kecamuk pikiran yang menghambat ide, tak memandang situasi dalam mebolak-balikkan memori. Tak pelak kenangan tanpa mengingat waktu dalam kedatangannya. Keberadaan yang di dalam diri menguasai, akan sia sia dan hanya berujung pada kesepian. Dimana dulu kita pernah bersama, seperti kisah kemarin.
Lanjut baca? Mari~ »