Tuesday, May 28, 2013

Wanita-ku

0 comments

Kau berbeda dari wanita lain. Ada hal yang tersembunyi yang mampu aku lihat dalam dirimu. Sebuah keasyikan bercengkrama tanpa habisnya. Banyak cerita yang kita buat, banyak canda tawa yang kita ujar, dan banyak ungkapan perasaan yang tersisip dalam percakapan. Tapi wanita itu semu bagiku. Mungkin sekarang ini kau ada untukku, besok mungkin saja tidak. Wanita itu bagai belut, meski telah kau kenali segala lekuk liku tubuhnya, sukmanya selalu luput dari genggaman.

Dulu kau ada. Kau selalu menanyakan waktu, membicarakan kemungkinan bertemu. Setidaknya ada yang kita semai setelah melepas rindu dalam aktivitas penuh se. Kau mempertanyakan hari pada cermin, kenapa ada penggantian siang malam tanpa aku dengan kebersamaan. Kenapa ada selasa kalau esok akan datang rabu. Kenapa kau merasa jauh pada jarak yang disana, kalau ada yang mendekatkan diri yaitu rindu. Kau gambaran wanita diatas lembaran sketsaku. Menjadikan aku pelukis yang hanya bermodalkan perasaan. Aku hanya sebuah gelas kosong dengan kau sebagi air penyejuk datang mengisi kekosongan itu. Aku ingin menjadi pena. Membuat tulisan di setiap lembarnya. Tak peduli apa yang salah dalam setiap kata-kata yang menyusunnya.

Kau terlalu menggelora saat kita bersama. Terlalu banyak yang diucapkan dan terlalu banyak yang dirasa. Kau tak kuat hanya sekedar meraba dan menghayalkan, kau ingin bertemu, kau ingin berdua, dan kau ingin tetap bersama. Aku sebuah pelangi, berwarna setelah kau hujani dengan cinta. Tapi rindu terlalu besar diantara kita. Selalu menanyakan aku pada setiap kesempatannya. Kenapa menunggu petang yang akan berganti malam. Sabar menanti dan tak harus bersedih, karena esok akan kembali.

Waktu terus berjalan dan menjadikanmu diri yang dingin. Tak sehangat dulu, saat kita berapi-api dan menghamburkan gelombang aura merah ceria. Kau sekarang abu-abu. Dulu aku ingat ketika kamu sedang tidak percaya, menanyakan apakah kita akan tetap bersama. Aku berjanji. Aku denganmu, bibir ini jujur dalam berkata cinta dan mengutarakan rasa. Tapi apa, kau perlahan melepas genggaman. Kau berjalan dengan sepatu putih ke sebuah titik hitam yang entah berapa jauh jaraknya. Kau memberikan kelam saat meninggalkan. Kau membiarkan air mata ini berlinang dan mengering disudut mata. Kau tak membolehkan aku menangis karena kelingking kita masih bertatut erat. Kau hanya berbisik, “biarkan aku bebas. Aku hanya ingin bernostalgia pada saat aku sendiri. Dulu. Saat aku belum mengenalmu. Aku hanya ingin tahu batas jenuhku, saat itulah aku mengerti kau adalah yang aku cari untuk penghanyut bosanku dan penjaga dalam kantukku”. Kemudian kau pergi.

Wanita, kau telah jauh meninggalkan. Hawa keberadaan hilang kelam dalam bayang-bayang penantian. Aku hanya sendiri, dihembus angin dan hanyut dalam aliran sehingga aku tenggelam dalam memikirkan sosokmu di ruang kosong yang kusebut kenangan. 
Lanjut baca? Mari~ »

Wednesday, May 22, 2013

4-2-4-2-1 : AKu Sayang Kamu

0 comments


Ketika waktu mempertemukan. Ketika perjumpaan berlanjut ke hal yang tak direncanakan. Bahkan berpikir sesuatu yang kecilpun belum ada sebelumnya. Hanya sebatas bertemu, kenalan dan berteman. Di cafĂ© itu adalah tempat yang menjadi cerita awal dari setiap deretan bahagia yang akan dirasakan. Kau menjabat tanganku, terasa halus telapak tanganmu, dari bibir mungil merahmu dengan halus kau menyebut namamu. Ya, namamu Fransiska. Senyummu dan ucapanmu bertanya balik siapa namaku. Dengan gagah bercanda aku menjawab, “I’m your man”.

Kita mulai berbicara tentang kesibukan kita masing-masing. Tapi memandang matamu pun aku grogi. Aku sibuk membagi penglihatanku antara laptop dan matamu. Mata yang indah. Seandainya aku bisa menatap lebih lama berdua di tepi pantai yang pasirnya warna merah muda. Alangkah indahnya hidup ini, dan aku seperti mempunyai bidadari . seperti surga? Tidak. Bahkan menghayal seperti surga itu aku tak mampu. Menikmati senja bersamamu dan melalui malam berdua denganmu adalah salah satu keindahan surga yang aku dapatkan di dunia.

Apa yang kutunggu menjelang larut malam adalah mendengarmu cerita dengan perantara telepon genggam. Bercerita sampai kau lelah dan menguap akan rasa kantuk yang didera. Kau menutup percakapan kita dengan ucapat “selamat tidur”, “have a nice dream”, “Jangan tidur larut malam”. Yap, seketika kau menutup telepon, aku langsung menutup mata menyambut hari baru bersamamu.

Kita mengarungi satu bulan dalam perkenalan. Dua bulan dalam pendekatan. 3 bulan seterusnya bahkan kita tidak tahu kalau kita adalah pasangan yang ditakdirkan Tuhan. Aku merasa “wah” dalam kerjaku. Aku sibuk dengan kegiatanku sebagai penulis, kau sibuk dengan kerjaan kantormu sebagai sekretaris. Tapi kita saling ingin bertemu, kita mampu mengatur waktu setidaknya melepas penat dan rindu.  Tapi ada satu hal yang meracau pikiranku yaitu apakah kau dekat hanya tidak padaku seorang. Itu menganggu. Aku tak mau didahuli dan tak rela melepasmu. Bagaimana dan kapan aku bisa menyatakan perasaan. Aku berharap kamu tahu apa yang aku pikirkan dan perasaan.

Perasaan ini mendesakku. Rasa takut kehilanganmu mendorongku maju. Dengan gugup dan malu aku menyatakan cinta di cafe saat kita pertama kali bertemu. Aku berkata,

“Ketika 4 mata saling bertemu, saat itulah 2 hati saling membuat janji agar 4 kaki akan melangkah bersama dengan 2 tangan menggenggam menjadi 1 impian. Biarkan aku menjadi kekasihmu, agar kamu tahu seperti apa rasa sayang dan tidak mau kehilangan itu?”

Kamu terdiam untuk sementara waktu. Mungkin ini sebuah hal yang tak kamu pikir sebelumnya. Kamu diam. Aku dingin, tubuhku dingin, jantung ini terus memacu, urat nadiku mengeras. Pikiranku juga mengeras, menebak apa yang kamu pikirkan setelah aku mengucapkan kalimat yang menurutku gila itu. Dan desiran angin AC cafe itu membuat rambutmu terbang dan mengangguk iya. Iya. Kamu menerima perasaanku. Entah apa harus aku lakukan. Lompat lompat salto di cafe itu, belum cukup mengungkapkan rasa gembira itu. Mau teriak pun, takut ditendang buang sama pelayan cafe itu. Cuma satu kata yang bisa dirangkai bibir ini “Terima kasih cinta.”

Andai kau tahu apa isi pikiranku saat ini. Mungkin kamu akan melebur bersama gejolak asmara ini. Kamu itu duniaku. Ketika kamu tak hadir didepanku. Aku tak bisa melihat seperti apa dunia. Oh beginilah menjadi orang buta. Buta dikarenakan asmara.
Lanjut baca? Mari~ »

Tuesday, May 21, 2013

Setia Dalam Bait Penantian

0 comments

Ada yang kutunggu-tunggu setiap hari. Ada yang kurindu dalam menyongsong fajar pagi. Ada yang ingin kubelai rambutnya ketika tidur dan mulai bermimpi. Ada dua hal yang kutunggu setiap hari. Pertama, Sapaan “Selamat pagi” ketika kamu terjaga dari mimpi. Kedua kalimat “Have a nice dream” ketika aku terlelap pisah meninggalkan malam.


Dua bola mata ini menatap hampa keluar jendela. Melihat secercah cahaya matahari membayangkan senyum manis kamu yang aku cari. Dalam hariku, aku mencoba tegar dalam menunggu. Dalam menunggu, aku sibuk mengkhayal kehadiranmu. Jangan biarkan aku mati sendiri dalam menanti, jauh harapku disini, aku ingin menjabat tanganmu melepas sepenggal untaian rindu. Menyapa “lama tak berjumpa” dari bibir kering yang butuh cengkerama berdua. Kapan kita bisa bertemu, saling canda tawa berdua, dan melepas haru kesedihan.  Tidak. Hanya aku sedih. Bahkan kamu sedikitpun tak ingin tahu bagaimana aku. 



Aku hanya berdiri dalam harap, bertahan dari goncangan kegelisahan, hinaan dalam penantian, penantian mustahil yang terlalu aku impikan. Biarkan aku mati dalam menunggu. Biarkan aku hidup dalam terpaan abu rindu. Mengeringkan kulit tubuh, tanpa harus kamu tahu. Tidak terlalu banyaklah pintaku. Biarkan aku diingat sebagai bait dari setiap penggalan kenanganmu. Dan aku disini, menjadikanmu kalimat dari setiap untaian kataku dalam doa. Mendoakanmu bahagia dan mempunyai hidup tanpa harus tahu arti sakit dalam merindu. Memohon kepada Tuhan, berikan yang terbaik sepanjang hidupmu. Aku bahagia ketika kamu bahagia, dan aku akan leih bahagia, ketika itu terjadi saat kita bersama.


Kamu sibuk membentuk hidup yang kamu inginkan ditemani oleh dia. Sedangkan aku hanya pengangguran yang sibuk merapikan deretan rindu yang mulai kusut. Tiada mentari dan rembulan yang mngerti, begitu juga air mata yang membasahi pipi. Demikian juga surat cinta yang kutulis ini, biarlah terbang tak tahu arah, jatuh dan mengering menyatu dengan tanah. Gemburkanlah asaku, tunaskanlah harapan baruku dan pucukkanlah impian kesuksesanku. Terimakasih untukmu, jadilah orang yang berarti karena dalam rindu dan penantian, aku tak bosan menunggu.



Lanjut baca? Mari~ »

Monday, May 20, 2013

Capcipcup Keresahan Enggri

0 comments


"Cewe-cewe sekarang cuma suka cowo dari gantengnya doang. Jarang ada yang melihat dari hati" -- Begitu isi hati jomblo yang tak laku-laku juga.

Cewe kalo ditanya kenapa dia jomblo, palingan jawabannya cuma dua. 1. Lagi gak pengen pacaran. 2. I'm single and I'm very happy. Kalo cowo ditanya kenapa gak punya pacar, jawabannya banyak. Ditanya, "Bro, punya pacar?" "Gak ada bro. Gak bisa. Tiap sore, gue latihan bola." bahkan sampe pake alasan klasik, "Bro punya pacar gak?" "Gak nih bro. Hape gue suka lowbat, susah pedekatein cewe."

Cewe yang kelamaan jomblo sih rata-rata penggemar fanatik K-Pop, Justin Bieber, SM*SH, Coboy Junior, dsb untuk menutupi kekurangasikan dia dalam menjomblo. Kalo cowo kelamaan jomblo, pantang liat cewe sedikitpun. Ada cewe pake hot pants "Bro pantatnya bro. Pantatnyaaaaa~" ada juga kalo ke cafe-cafe liat cewe lagi ngumpul bareng temannya "Bro liat bro. Dadanya 3 dimensi brooo~"

Cewe jomblo jalan bareng sama temen cewe ke mall, keliatan asik. Kalo cowo jalan bareng sama cowo juga ke mall, orang-orang curiga dan bakalan berpikir "Kasian mereka. Lapangan futsal udah dibooking semua, jadinya mereka ke mall cuma pelangak pelongok liat mbak mbak counter hape. :(("

Gak enak itu ketika menjomblo dibebabankan dalam kehidupan. Dimulai dari ganti nama facebook "Aceng dalam asmara menduda" sampe-sampe membuat tatto di jidat "Aku jomblo dimana-mana". Dan bahkan parahnya, aku punya teman di facebook yang saking stressnya jadi jomblo, suka gonta-ganti nama facebook. Pertama aku buka facebook, namanya "Saiful putus cinta lagi". Seminggu kemudian aku buka facebook, namanya "Saipul jadian lagi". Alhamdulillah. Aku senang. Dia akhirnya punya pacar. Sampe-sampe aku traktir teman aku makan sate padang karena ada teman facebook aku baru jadian. Sebulan kemudian, dia ganti nama facebook "Saiful kembali putus cinta lagi" Aku sedih. Kalo dia jadian lagi, masa harus traktir teman aku makan sate padang lagi. :(( Tapi pada akhirnya, dia ganti nama facebook "Saiful frustasi sendiri lalu potong titit sendiri." kemudian foto profil facebooknya gambar titit kuda yang disilet ada namanya "Saiful Gunawan".

Jadi faedah yang bisa kita ambil dari postingan ini, hmmm gak ada. Bodo amat. Aku juga jomblo kok. Bye!

Lanjut baca? Mari~ »

Kembali Yang Mengingat

0 comments

Melupakan. Sebuah kata dalam kamus hidupku yang paling susah dilakukan. Bahkan menyentuhnya sedikitpun belum sama sekali terpikirkan. Bagaimana tidak, ketika aku mempunyai sesuatu-orang yang pernah menjadi bagian, harus pupus hilang ketika berjumpa untuk berpisah. Tidak secepat itu aku melupakannya, ketika aku sudah mulai mencoba, aku tersadar bahwa banyak benda-orang yang dulu kita bersama pernah kita punya-bertemu. 

Benda. Saat itu aku memberimu untuk hanya sekedar mendapat senyum dan tawa. Sebuah hal gila yang kusebut pengorbanan. Pengorbanan materi dan bathin yang kusiapkan. Benda adalah objek bisu yang menjadi saksi dalam kenangan. Yang mengingatkan semua kejadian saat kita bersama. Itu dulu. Sekarang itu hanya sebuah miniature dalam museum kehidupan. Yang dibingkai kaca dan ketika aku sudah punya jalan hidup berbeda, aku masuk dan menatap semua bingkai bingkai kaca dalam museum itu. Oh aku tau, semua koleksi ini adalah kenangan. Kenangan yang terdahulu terlihat tidak terawat. Kenangan yang belum lama terlewati, masih konkret layaknya nyata.

Orang. Mereka yang pernah terlibat bersangkut paut langsung ataupun tidak. Sangat susah untuk melupakan. Disekitarku, aku ada diantara mereka, yang dahulunya, aku membawamu dan memperkenalkan kepada mereka. Mereka bertanya padaku. Aku bingung. Aku sulit menjelaskan. Dalam pikirku, aku mencoba melupakanmu. Dalam lingkunganku, aku dipaksa untuk mengingatmu. 

Melupakan itu belum bisa kudefinisikan. Belum bisa kuputuskan itu salah atau benar. Mengingat itu sakit, melupakan itu jauh lebih sakit. Aku perlahan dalam kesembuhan, menutup goresan luka yang diberi. Adalah manusiawi jika aku sakit ketika kamu pergi. Bagaimana tidak, dalam hidupku kamu pernah menjadi bagian berarti. Jangan paksa aku untuk melupakan. Pikiranku terbentuk dari banyak ingatan. Jika mau pergi dari kehidupan, benturkan kepalaku ini ke dinding. Puaskan dirimu dalam hasrat meninggalkan. Jangan sisakan sebuah percikan memori kebersamaan. Sia-siakah aku member benda dan mengenal mereka? Jangan paksa aku, biarkan aku kembali dalam mengingat.
Lanjut baca? Mari~ »