Melupakan. Sebuah kata dalam kamus hidupku yang paling susah
dilakukan. Bahkan menyentuhnya sedikitpun belum sama sekali terpikirkan.
Bagaimana tidak, ketika aku mempunyai sesuatu-orang yang pernah menjadi bagian,
harus pupus hilang ketika berjumpa untuk berpisah. Tidak secepat itu aku
melupakannya, ketika aku sudah mulai mencoba, aku tersadar bahwa banyak
benda-orang yang dulu kita bersama pernah kita punya-bertemu.
Benda. Saat itu aku memberimu untuk hanya sekedar mendapat senyum
dan tawa. Sebuah hal gila yang kusebut pengorbanan. Pengorbanan materi dan
bathin yang kusiapkan. Benda adalah objek bisu yang menjadi saksi dalam
kenangan. Yang mengingatkan semua kejadian saat kita bersama. Itu dulu.
Sekarang itu hanya sebuah miniature dalam museum kehidupan. Yang dibingkai kaca
dan ketika aku sudah punya jalan hidup berbeda, aku masuk dan menatap semua
bingkai bingkai kaca dalam museum itu. Oh aku tau, semua koleksi ini adalah
kenangan. Kenangan yang terdahulu terlihat tidak terawat. Kenangan yang belum
lama terlewati, masih konkret layaknya nyata.
Orang. Mereka yang pernah terlibat bersangkut paut langsung ataupun
tidak. Sangat susah untuk melupakan. Disekitarku, aku ada diantara mereka, yang
dahulunya, aku membawamu dan memperkenalkan kepada mereka. Mereka bertanya
padaku. Aku bingung. Aku sulit menjelaskan. Dalam pikirku, aku mencoba
melupakanmu. Dalam lingkunganku, aku dipaksa untuk mengingatmu.
Melupakan itu belum bisa kudefinisikan. Belum bisa kuputuskan itu
salah atau benar. Mengingat itu sakit, melupakan itu jauh lebih sakit. Aku
perlahan dalam kesembuhan, menutup goresan luka yang diberi. Adalah manusiawi
jika aku sakit ketika kamu pergi. Bagaimana tidak, dalam hidupku kamu pernah
menjadi bagian berarti. Jangan paksa aku untuk melupakan. Pikiranku terbentuk
dari banyak ingatan. Jika mau pergi dari kehidupan, benturkan kepalaku ini ke
dinding. Puaskan dirimu dalam hasrat meninggalkan. Jangan sisakan sebuah
percikan memori kebersamaan. Sia-siakah aku member benda dan mengenal mereka?
Jangan paksa aku, biarkan aku kembali dalam mengingat.
0 comments:
Post a Comment