Wednesday, August 7, 2013

Enggan Mengungkapkan

1 comments
Kita telah lama kenal. Dan aku telah mengisi hari-harimu ketika sendiri. Perjumpaan kita hanya bisa dihitung jari. Namun, itu bukan halanganku untuk menyayangi. Disetiap percakapan kita di social chat, akan menjadi bukti tertulis bahwa keseriusan tak mengenal tempat. Dan juga, sangat berterimakasih dari aku telah menjadi teman dekatku dalam bercerita.

Disetiap curahan hati, kekesalan, dan kebahagiaan yang telah diceritakan kepada aku, akan menjadi memori  tersendiri yang kusimpan pada sudut pikiran tertentu. Tak akan dilupakan. Memberi perhatian semampuku, membuatmu nyaman dengan jeda kata-kata yang dipisahkan oleh spasi, dari bait hati tentunya.

Banyak dari kata-kata itu tersirat makna, dan aku tak berharap juga untuk kamu mengerti. Karena aku sadar, keberadaanku belum pasti. Tetapi bathin ini berbisik, bahwa kau juga menyimpan rasa. Kita saling enggan mengungkapkan, mungkin. Terlalu kaku dalam kedekatan.

Memang sakit terlalu lama memendam. Perasaan seakan sirna diterbangkan waktu. Dan pada akhirnya, jarak adalah pemisah. Mengucapkan kata perpisahan namun terselip makna sebuah ketidakterimaan. Bahwa dengan ini aku dan kamu “tak lagi dekat”.

Keberanianku tentang debu, menempel disebuah dinding kokoh, namun terlalu lemah untuk mendobrak. Dan biarkan Tuhan yang menunjukkan kuasanya, memberi kesempatan dan waktu, untuk aku ungkapkan. Dimana aku mulai yakin, denganmu, bahwa kamu adalah wanita yang ditetapkan Tuhan untuk aku temani. Di hari spesialmu, aku akan datang, entah itu cepat atau lambat, kita akan kembali bertemu, mencampakkan keengganan sebelum merasa hilang, dimana kita tak kuat lagi untuk menggenggam. 
Lanjut baca? Mari~ »

Saturday, August 3, 2013

22 Prediksi Ali bin Abi Thalib

0 comments


Akan datang suatu masa. Aku khawatir terhadap masa itu :

1. Dimana keyakinan hanya tinggal didalam pemikiran ;

2. Dimana keimanan tak berbekas dalam perbuatan ;

3. Banyak orang baik tapi tak berakal ;

4. Ada pula yang berakal tapi tak beriman ;

5. Ada yang lidahnya fasih tapi hatinya lalai ;

6. Ada pula yang khusyu' tapi sibuk menyendiri ;

7. Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis ;

8. Ada pula ahli maksiat tapi rendah hati ;

9. Ada yang bahagia tertawa tapi hatinya berkarat ; 

10. Ada pula yang sedih menangis tapi kufur nikmat;

11. Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat ;

12. Ada pula yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut ;

15. Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan ;

16. Ada pula pelacur tapi menjadi figur ; 

17. Ada yang memiliki ilmu tapi tidak paham ; 

18. Ada pula yang paham tapi tidak menjalankan ;

19. Ada yang pintar tapi membodohi ; 

20. Ada pula yang bodoh tapi tidak tahu diri ; 

21. Ada yang beragama tapi tidak berakhlak ;

22. Ada pula yang berakhlak tapi tidak ber-TUHAN.

(Ali bin Abi Thalib)

22 prediksi yang sudah nyata. Lalu, diantara semuanya itu, DIMANAKAH KITA BERADA?


Lanjut baca? Mari~ »

35 Detik Untuk Membaca Ini

0 comments


Seorang cewek yang memberikan tantangan kepada cowonya untuk hidup tanpa drinya, untuk tidak ada komunikasi sama sekali antara mereka selama sehari. Dia berkata pada cowonya,

“Kalo kamu bisa melewati itu, aku akan mencintai kamu selama nya.”

Dan cowok itu pun setuju. Dia tidak menghubungi baik sms atau telpon cewenya seharian. Tanpa dia ketahui bahwa kekasihnya hanya memiliki 24 jam untuk hidup, karena dia terkena kanker.

Keesokan harinya cowo itu pergi kerumah cewenya. Air matanya pun tiba-tiba menetes melihat cewenya sudah terbaring dengan surat di tangannya yang tertulis,

"Kamu Berhasil. Bisakah kamu lakukan itu untuk setiap hari? I LOVE YOU."

Don't Ever lost contact with someone you care, you'll never know what's gonna happen the next day, or the day after that.
               
Even a single "hi" or a "good morning" Before you know that someone is no longer there.

Lanjut baca? Mari~ »

Monday, July 29, 2013

Kita Pernah Bercerita

1 comments
Kita pernah bercerita. Menatap mata, melampiaskan rindu setelah sekian lama dipendam. Kita dijauhkan oleh jarak, walau itu sementara. Keteguhan kita pada komitmen yang telah diucap, yang membuat kita tegar menjalani semua. Kita membahas suka dan duka, dan inilah yang mendekatkan kita. Membuat kita saling mengerti dan menghargai.

Kita punya kehidupan yang bisa dikatakan berbeda. Dengan karena itulah, terpaksa, kita berpisah pada rentang waktu yang ada. Aku melihat cermin, membayangkan kita berdua melihat senja. Tersadar, bayangan itu aku sendiri, dan aku berkhayal aku tak sabar untuk bertemu kamu lagi. Dan aku harap pada jauhku, kau jauh disana memiliki perasaan apa yang aku rasa. Yaitu merindukanku juga.

Yang kita tunggu itu sama. di sebuah kafe, ditemani secangkir kopi hangat, bola mata kita bertemu. Dan yang aku ingin lihat, senyum indah yang tersungging di wajahmu. Menggenggam erat tanganmu dan mengatakan “Aku tak pernah lupa pada janji. Dan aku disini, hanya untukmu.”  melepas beban rindu yang ada dengan membelai rambutmu, dengan itu semua penatku lenyap dan memberi kenyamanan yang hangat padamu.

Dan pada kepergian yang selanjutnya, kamu senantiasa menungguku, menanti kehadiranku. Begitu juga dengan aku.

Kita pernah bercerita. Dan akan terus bercerita.

Lanjut baca? Mari~ »

Sunday, July 28, 2013

Jenis-Jenis Anak

0 comments
Kata orang tua dulu, banyak anak banyak rezeki. Makanya kadang-kadang tetangga kita ada yang punya 9 anak bahkan ada sampe belasan gitu. Ini anak apa paduan suara. Alasannya ya gitu, kalo nanti anaknya udah gede dan udah kerja, orang tua bakalan seneng ngebayangin anak pertama kerja di Singapore, anak kedua kerja di Malaysia, anak ketiga kerja di Indramayu, ada yang kerja di Gorontalo, di Libanon atau di Suriah dagang petasan. 

Kasih sayang orang tua kepadanya sepanjang hidup. Tapi kasih sayang anak kepada orang tuanya sepanjang jalan. Ya banyak anak yang bandel dan gak mau nurutin kata orang tua. Padahal mereka muncrat dari rahim emaknya nangis “Oeeeek oeeeek” udah sombong bicara kasar sama orang tua. Terkecuali ada anak lahir bukannya nangis tapi nyanyi lagu Impossible nya Shontelle “ Impossible~ Impossible~” atau versi bahasa Indonesia “ Enggak Mungkiiin~ Enggak mungkiiiiin~”. Ya kalo ada bayi kayak gitu, lah pasti orang tuanya heran, “ANAK IBLIS MACAM APA INI..”

Ini jenis-jenis anak yang ada di sekitar kita.


1. Anak Setan

Ini anak yang paling mudah kita temuin. Bukan, bukan, ini bukan anak-anak yang ada cuman pas maghrib doang. Gue paling ingat waktu SD, maghrib-maghrib dilarang keluar rumah, katanya nanti terpijak anak setan. Lah kalo terpijak, ya gue tending lah. Salah doi sendiri ngapain keluar maghrib-maghrib gitu. Dikatanya yang punya jalan nenek moyang setannya apah. HELLLOOOOOWWW??!!

Anak setan disini adalah anak yang dimarahin ibu-ibunya karena beli topeng mainan gambarnya Vidi Aldiano. Lalu emaknya marah karena uang jajan yang dikasih dibeliin topeng bukan makanan.

“FRANKY!!”

“Iya mak?”

“Barusan uang jajan dibeliin buat apa?”

“Topeng Vidi Aldiano, mak. L

“UANG YANG DIKASIH MALAH DIJAJANIN YANG ENGGAK NGENYANGIN PERUT. BUKANNYA BELI BAKWAN, MALAH BELI TOPENG MAINAN. ANAK SETAN!!”

“Berarti emak orang tua nya setan dong?”

“Gak. Emak waktu muda mirip Marshanda. Wek!”

“………….”


2. Anak Durhaka

Ini tipikal anak yang suka ngeluh. Apa emaknya bilang, gak pernah didengerin. Disuruh cebok pake tangan kiri, eh malah cebok pake tangan orang. Tangan bapaknya pula.

Contoh-contoh anak durhaka, kalo disuruh sekolah, dia nya malas-malasan pergi sekolah. Alasan yang sakit perutlah, diabetes lah, ada juga yang alasannya “Udah lah sekolahnya tu mak. Lihat Obama, sekolah cuma 4 tahun di Indonesia, bisa jadi Presiden di Amerika. Lah aku udah sekolah 12 tahun, jadi Kepala Dinas Peternakan aja enggak”. Anak-anak yang kayak gini, mulutnya perlu ditabrak sama bemper bajaj.


3. Anak haram

Ini jenis anak yang gak patut disalahkan. Udah ah, gak tega ngomongin anak haram :’(











4. Anak Alay

Anak-anak kecil sekarang udah terjangkit penyakit H5N1 (Hati Hati Hada Hanak Halay Noh), gue lihat anak-anak kecil itu pake baju yang di dadanya ada tulisan gitu. Contoh tulisan “Kata Papa, aku imut kayak mama.” Ada juga “Kata Mama, aku lebih ganteng dari Papa.” Ini anaknya pede banget, gue dulu waktu kecil, gak mau dimirip-miripin sama bokap gue. Idih, gue kan maunya dimirip-miripin sama Jonathan Fritzy.

Anak-anak yang punya baju kayak gitu jenis anak alay yang tidak punya hati. Gak mikirin nasib anak lainnya, bayangin coba ada anak haram punya baju kayak gitu, gimana tulisan di bajunya, mungkin tulisannya “Kata Mama, papa aku banyak gak jelas siapa. Jadi aku ganteng apa adanya.”


Yap. Itulah analisa gue dalam menjabarkan jenis anak-anak. Lo masuk anak nomor ke berapa? :D


Lanjut baca? Mari~ »

Inilah Aku, Pengagummu.

0 comments


Tak ada yang salah ketika aku mengatakan “ aku mengagumimu”. Itu hanya permulaan dari percikan-percikan perasaan yang mulai tumbuh. Kau sudah cukup sempurna, ketika aku melihatmu, yang aku rasa ada dua: adem di mata dan nyaman di hati. Berterimakasihlah engkau kepada Tuhan. Karena Dia telah menyihir mataku untuk melihat dan mengagumi sebagian kecil ciptaan-Nya yang ia hadapkan padaku saat ini.

Dan aku bukanlah seorang peramal, terlalu jauh membayangkan apakah kita pasangan yang ditakdirkan. Terlalu cepat mengandai seperti itu. Terlebih penting dari itu, bagaimana aku bisa menjadi bagian penting dari hidupmu. Ah hanya kebiasaanku, yang terlalu menuntut dan banyak harap, padahal belum tentu hati ini terbalaskan juga.

Rentang waktu tertentu adalah masa saat kau mulai membiasakan kehadiranku. Disana juga keberadaanku akan seperti penting olehmu atau hanya penganggu saja. Sebuah perawalan akan buruk jika terlalu berekspektasi tinggi. Demikianpun kata hati, yang belum bisa ditebak walau beberapa kali kita mencoba untuk mengerti.

Karena pada nantinya, akan ada waktu untuk menyatakan perasaan. Setelah sekian panjang, aku menunjukkan dan berkorban, mempersembahkan hadirku yang akan berarti di setiap penggal harimu, dan seraya berkata,

“Hai wanita, biarkan aku singgah dan menetap sementara di hatimu. Dan tugasmu menilai aku, apakah aku bisa menjadi pendampingmu kelaknya.”

Yang aku bayangkan adalah ketika kau menjawabnya, penuh malu dengan muka memerah, serta senyum tipis yang teruntai di bibir tipismu.

“Sekian waktu kau menunjukkan aku dengan kepedulianmu. Sekarang waktuku memperdulikan ungkapan perasaanmu. Aku tak mudah untuk mempercayai. Dari sekian janji, maukah kau memberikan bukti, bahwa aku adalah wanita yang kau cari?”

aku bisa menjawabnya,

“Demi kau, bahwa apa yang aku lakukan itu tulus dari hati. Sadar akan batasan diriku, aku tak pernah mengharapkan lebih dari ini. Sekedar mengungkapkan perasaan, dan itu adalah kosakata yang aku tuangkan dari sekian banyak rasa sayang aku tunjukkan. Dan kenapa aku tidak terus mengatakan janji padamu, sedangkan dalam hatiku sendiri aku bisa menjagamu dan memberimu bukti? Karena apa yang terlihat dan apa yang tidak terlihat, yang bisa menilainya adalah Tuhan.”

Dengan gelitik tawanya seraya berkata,

“Aku melihatmu berbeda. Menunjukkan keseriusan tanpa ada hal yang memaksa. Keikhlasanmu adalah kerelaanmu ketika apa yang kau bayangkan tak seusai jalan pikiran yang aku putuskan. Menerima segala kemungkinan yang terjadi. Terlebih kemungkinan itu adalah aku tak mempunyai rasa padamu. Tapi yakinlah, dari sekian waktu, kita bersama, dan kau tanpa angkuh mencoba mengambil hati ini. Ya itu yang aku suka, kau punya cara tersendiri untuk membuat wanitamu bahagia. Tolong jaga aku, pegang erat awal pertemuan kita dahulu, karena kita tak akan tahu, kapan perpisahan itu datang atau kita akan tetap bersama seterusnya.”

Aku tertegun, aku tak punya banyak kata untuk diungkapkan lagi.

“Baiklah, biar aku pegang janji ini. Dan silahkan kau melihat bagaimana perasaanku bagaimana bisa membuatmu kagum dan tak mau kehilangan.”

“Boleh. Aku menunggu.” Tantangnya dengan senyuman hangat padaku.

Inilah khayalku. Cuplikan perjalanan yang kedepannya aku alami. Dan aku tak akan mudah surut semangat dan mencoba sebisa. Karena aku adalah pengagummu, berhasrat kita berdua akan menjadi “saling menyayangi”.
Lanjut baca? Mari~ »

Puisi : Terpendam

0 comments


Terpendam

Aku pernah ingat masa itu, masa kita bersama
Tak bosan bermimpi dan menggapainya
Bersama pula

Kita telah lama berpisah namun tersisip kenangan
Jejakmu masih membekas
Dan Aku pernah peduli
Aku pernah menangis untukmu

Aku mendoakanmu senantiasa waktu
Berbisik kepada awan, menyampaikan padamu
Menyertai langkahmu, membentuk bahagiamu

Kepada angin, hembuskan harapku
Mimpiku mengarungi samudra
Meninggalkan asa yang telah aku rajut bersamanya
Kini waktu belum menjawab
Serta bintang tak jua menunjuk arahnya

Rasa sayang ini besar
Menghilangkannya suatu kesusahan
Perlahan mencoba sebisa mungkin
Jauh didalamnya, akan terus terpendam


Lanjut baca? Mari~ »

Wednesday, July 24, 2013

Ngabuburit Sesat on Twitter: Ada blablabla. Ada.

0 comments


Sebenernya sih awalnya main ngabuburit sesat di twitter itu tanpa direncanakan. Dan mulanya dari ngabuburit sesat on twitter adaah ketika saya dan salah satu comic @StandUpIndoPKU yaitu @faqihomaulana ngetweet "Ada blablabla. Ada." Kejadiannya pada tanggal 18 Juli. Ya sebenernya ini sih asik-asikan aja daripada gak tau mau ngapain nungguin adzan maghrib.

Ini saya @enggri ngetweet "Ada blablabla. Ada."




















Dan ini @faqihomaulana tweet "Ada blablabla. Ada." -nya bikin kesel.




















Emang sih main tweetnya gak banyakan. Cuma beberapa. Namanya juga puasa, sore-sore, mikir aja susah. Yang kebayang rendang, bakwan dan es kelapa. Main ini sih gak tiap hari juga. Kapan lagi ada waktu dan ide, mencoba menghibur dengan twit hestek atau twit gila lainnya. Di blog ini saya akan memosting beberapa permainan hestek dari comic-comic @StandUpIndoPKU.Thanks yang udah nyempetin berkunjung ke blog saya. Semoga amal ibadahnya di bulan puasa diterima oleh Allah SWT. Bye!
Lanjut baca? Mari~ »

Ngabuburit Sesat on Twitter: #hwanjeng!

0 comments

Kali ini saya mau bikin postingan tentang ngabuburit sesat di twitter. Lumayan ngabisin waktu nunggu buka puasa. Kemaren saya main hestek #hwanjeng bareng temen komunitas @StandUpIndoPKU yaitu @KUBILSTIAWAN . Emang sih hesteknya nyeleh abis, bikin puasa sumbing. Hahaha!Tapi niatnya bukan ngomong kotor. Hanya sekedar bercanda untuk melupakan lapar dan haus. Cuma menghibur. Kalo lucu, ya saya dipacarin. Kalo gak lucu, ya saya pasrah untuk dinikahin. Saya mah gitu, orangnya pasrahan. Diapa-apain ayuk-ayuk aja.

Dimulai dari tweet @KUBILSTIAWAN main hestek #hwanjeng!



Dan ini tweet saya @enggri main hestek #hwanjeng!






Ini nih dua akun bangsat main hestek #hwanjeng! puasa puasa tetap kampret. Nih rencananya sih sambil nunggu buka puasa, saya akan main hestek. Hesteknya akan berbeda tiap hari. Segini dulu postingan saya tentang Ngabuburit Sesat on twitter. Selamat menjalankan ibadah puasa. Jaga nama baik keluarga ya! Bye!



Lanjut baca? Mari~ »

Tuesday, July 23, 2013

Bisikan Yang Mengingatkan

0 comments



Ia dan sendirinya adalah bagian yang tak terpisahkan, ketika kau tanpa kejelasan meninggalkan ia mengantung harapan. Perpisahan itu membunuh. Dulu kalian saling mencinta dan merajut asa bersama, sekarang memiliki dunia yang dijalani dengan sendiri. Ia belum bisa mengikhlaskan, dia masih menggantung pada harap. Sulitnya memutar waktu yang ia rasakan ketika menghapus kenangan. Jejak-jejak kecil kehadiranmu masih menggema dalam pikirnya. Namamu terus menggaung, kelopak matanya tak sanggup membendung air mata.

Dia terlalu ringkih dalam bermimpi. Berpikirlah ia sebelum mengikhlaskan kepergianmu. Apakah dengan ini menjadi sebagian cerita dalam hidupnya yang sulit untuk dilupakan. Ia yang pernah denganmu merajut asa, dalam rentang waktu merelakan, ia akan terus menyebut namamu dalam rangkai doanya agar kau mendapat bahagia yang kau inginkan, bukan bersamanya.

Ia bukan wanita tegar, dalam tegaknya, ia mati. Yang dipikiran ia hanya potongan kecil kenangan bersamamu. Ia ingin sekali bertanya, apakah disetiap penggal harimu ada ia yang kau rindu?

Jika bahagiamu didapat tanpa adanya ia, jangan pernah merugi ketika kau jenuh pada hidupmu, mendapati ia yang bahagia dalam sendirinya. Sendirinya yang kosong, disanalah mimpinya bersegmentasi. Hampanya dalam kosong yang menghangatkan kulitnya. Dia yang menangis, dia yang tertawa hanya terbiasa dalam kaca di ruang kosongnya. Bersyukurlah kamu pernah memilikinya. Yang pernah ia rela mengorbankan diri, membantai waktu dalam kesedihan dan terus menyanjung namamu dierat tangan dan di hamparan pipi yang basah karena terus merindu.

Ia belum memilih jalannya. Ia terlalu kikuk menilai dalam setiap kemungkinan. Karena ia hanya tak mau kecewa dan mati dalam harapan. Bahkan ia tak bisa apa-apa. Sejenak ingin terlelap dari riuh penantian. Pasrahnya, ia selalu terjaga ketika rindu menghampiri. Hadirmu yang ia tunggu. Ia masih mengingat janjimu. Yang dulu kau katakan ketika ia penuh harap, bahwa jika kebahagianmu adalah secarik kertas. Maka ada namanya yang tertulis di atasnya.

Ia hanya membingkai diri. Hidupnya masih panjang. Garis lurus mengusut. Sesaat ia tiba di persimpangan, disanalah ia tahu bahwa hidup penuh pilihan. Dalam haru, terkahir katanya adalah “Lengkapilah hidupmu dengan apa-siapa yang bagimu sempurna, dalam kurangku memenuhi, kepadamu hanya doaku yang menyertai.”

Kepada angin, bisikan ini mengingatkanku kembali.
Lanjut baca? Mari~ »

Saturday, June 8, 2013

Seperti Kisah Kemarin

0 comments



Ketika kita terlelap dalam buaian asmara cinta, masih ada yang mengganjal hati apakah kita akan tetap seperti ini pada biasanya. Bukannya saling menjaga, tapi perlahan kau mulai menumbuhkan jenuh, menyangkutkan pada ranting pikiran. Bercabang banyak dan patah. Lalu kau tegak diam tak bersuara. Ada yang lebih penting dari sekedar mencari bahagia, yaitu mencari makna dalam kesedihan. Ada hal yang lebih penting dari sekedar kebersamaan, yaitu rasa yang dimiliki masing-masing yang takut akan kehilangan.  Kebersamaan tak melulu tentang berdua dan bercumbu mesra. Ada saatnya kebersamaan diuji ketika kita terpisah oleh beribu mil jaraknya.   

Dulu kita saling berbagi cerita. Kita saling menguatkan perasaan, mendekat diri pada keberadaan. Tiada yang mungkin hadir tanpa kesetian, tiada yang berjalan melangsungkan hubungan tanpa ada genggaman. Tapi satu, aku tak terlalu suka mengurung perasaan dengan janji bahkan membuai kata dalam ungkapan bibir. Karena bagiku, memaksa berjanji karena takut kehilangan itu tak ada gunanya. Padahal banyak diluar sana tetap setia dalam penantian sekalipun ia telah lama ditinggalkan. Meski kita saling mempunyai mimpi bahagia bersama, berdua, itu sebuah fatamorga yang akan menyakitkan kita ketika kita tak lagi bersama, berdua. 

Kabut. Kau menyamarkan bayangan kepergian. Melenyapkan semua asa yang telah dikonstruksi pikiran. Hati yang teguh perlahan mulai meluluh. Tak satupun jejak yang kau sisipkan disetiap langkah perpisahan. Tak tertanam sedikitpun akan rasa kebencian di pikiranku, bagaimanapun juga kau dulu pernah mengisi hari-hariku. Ya seperti kataku, aku tak mau terlalu berjanji, bukannya aku tak percaya pada perasaan, seperti inilah terjadi, banyak yang menjalar menundukkan kuasa kita dalam mempertahankan hubungan. Setidaknya kepergianmu menjadi bukti, bahwa di setiap janji, ada beban tanggung jawab yang tersisipi. Aku mulai mengerti, menjalani hari kedepanku tanpa ragu. Menyongsong fajar yang menghangatkan tubuh, menyaksikan petang yang mulai meredup. senja yang tenggelam hanya secuil gambaran yang belum bisa mempresentasikan tentang hari esok. Sedikit kuasaku menaruh harapan diujungnya.

Jadilah diri sendiri, karena dalam setiap pengertian dan pengorbanan, perlu mengetahui seluk beluk kepribadian. Tak hanya perasaan, terkadang kecamuk pikiran yang menghambat ide, tak memandang situasi dalam mebolak-balikkan memori. Tak pelak kenangan tanpa mengingat waktu dalam kedatangannya. Keberadaan yang di dalam diri menguasai, akan sia sia dan hanya berujung pada kesepian. Dimana dulu kita pernah bersama, seperti kisah kemarin.
Lanjut baca? Mari~ »

Tuesday, May 28, 2013

Wanita-ku

0 comments

Kau berbeda dari wanita lain. Ada hal yang tersembunyi yang mampu aku lihat dalam dirimu. Sebuah keasyikan bercengkrama tanpa habisnya. Banyak cerita yang kita buat, banyak canda tawa yang kita ujar, dan banyak ungkapan perasaan yang tersisip dalam percakapan. Tapi wanita itu semu bagiku. Mungkin sekarang ini kau ada untukku, besok mungkin saja tidak. Wanita itu bagai belut, meski telah kau kenali segala lekuk liku tubuhnya, sukmanya selalu luput dari genggaman.

Dulu kau ada. Kau selalu menanyakan waktu, membicarakan kemungkinan bertemu. Setidaknya ada yang kita semai setelah melepas rindu dalam aktivitas penuh se. Kau mempertanyakan hari pada cermin, kenapa ada penggantian siang malam tanpa aku dengan kebersamaan. Kenapa ada selasa kalau esok akan datang rabu. Kenapa kau merasa jauh pada jarak yang disana, kalau ada yang mendekatkan diri yaitu rindu. Kau gambaran wanita diatas lembaran sketsaku. Menjadikan aku pelukis yang hanya bermodalkan perasaan. Aku hanya sebuah gelas kosong dengan kau sebagi air penyejuk datang mengisi kekosongan itu. Aku ingin menjadi pena. Membuat tulisan di setiap lembarnya. Tak peduli apa yang salah dalam setiap kata-kata yang menyusunnya.

Kau terlalu menggelora saat kita bersama. Terlalu banyak yang diucapkan dan terlalu banyak yang dirasa. Kau tak kuat hanya sekedar meraba dan menghayalkan, kau ingin bertemu, kau ingin berdua, dan kau ingin tetap bersama. Aku sebuah pelangi, berwarna setelah kau hujani dengan cinta. Tapi rindu terlalu besar diantara kita. Selalu menanyakan aku pada setiap kesempatannya. Kenapa menunggu petang yang akan berganti malam. Sabar menanti dan tak harus bersedih, karena esok akan kembali.

Waktu terus berjalan dan menjadikanmu diri yang dingin. Tak sehangat dulu, saat kita berapi-api dan menghamburkan gelombang aura merah ceria. Kau sekarang abu-abu. Dulu aku ingat ketika kamu sedang tidak percaya, menanyakan apakah kita akan tetap bersama. Aku berjanji. Aku denganmu, bibir ini jujur dalam berkata cinta dan mengutarakan rasa. Tapi apa, kau perlahan melepas genggaman. Kau berjalan dengan sepatu putih ke sebuah titik hitam yang entah berapa jauh jaraknya. Kau memberikan kelam saat meninggalkan. Kau membiarkan air mata ini berlinang dan mengering disudut mata. Kau tak membolehkan aku menangis karena kelingking kita masih bertatut erat. Kau hanya berbisik, “biarkan aku bebas. Aku hanya ingin bernostalgia pada saat aku sendiri. Dulu. Saat aku belum mengenalmu. Aku hanya ingin tahu batas jenuhku, saat itulah aku mengerti kau adalah yang aku cari untuk penghanyut bosanku dan penjaga dalam kantukku”. Kemudian kau pergi.

Wanita, kau telah jauh meninggalkan. Hawa keberadaan hilang kelam dalam bayang-bayang penantian. Aku hanya sendiri, dihembus angin dan hanyut dalam aliran sehingga aku tenggelam dalam memikirkan sosokmu di ruang kosong yang kusebut kenangan. 
Lanjut baca? Mari~ »

Wednesday, May 22, 2013

4-2-4-2-1 : AKu Sayang Kamu

0 comments


Ketika waktu mempertemukan. Ketika perjumpaan berlanjut ke hal yang tak direncanakan. Bahkan berpikir sesuatu yang kecilpun belum ada sebelumnya. Hanya sebatas bertemu, kenalan dan berteman. Di cafĂ© itu adalah tempat yang menjadi cerita awal dari setiap deretan bahagia yang akan dirasakan. Kau menjabat tanganku, terasa halus telapak tanganmu, dari bibir mungil merahmu dengan halus kau menyebut namamu. Ya, namamu Fransiska. Senyummu dan ucapanmu bertanya balik siapa namaku. Dengan gagah bercanda aku menjawab, “I’m your man”.

Kita mulai berbicara tentang kesibukan kita masing-masing. Tapi memandang matamu pun aku grogi. Aku sibuk membagi penglihatanku antara laptop dan matamu. Mata yang indah. Seandainya aku bisa menatap lebih lama berdua di tepi pantai yang pasirnya warna merah muda. Alangkah indahnya hidup ini, dan aku seperti mempunyai bidadari . seperti surga? Tidak. Bahkan menghayal seperti surga itu aku tak mampu. Menikmati senja bersamamu dan melalui malam berdua denganmu adalah salah satu keindahan surga yang aku dapatkan di dunia.

Apa yang kutunggu menjelang larut malam adalah mendengarmu cerita dengan perantara telepon genggam. Bercerita sampai kau lelah dan menguap akan rasa kantuk yang didera. Kau menutup percakapan kita dengan ucapat “selamat tidur”, “have a nice dream”, “Jangan tidur larut malam”. Yap, seketika kau menutup telepon, aku langsung menutup mata menyambut hari baru bersamamu.

Kita mengarungi satu bulan dalam perkenalan. Dua bulan dalam pendekatan. 3 bulan seterusnya bahkan kita tidak tahu kalau kita adalah pasangan yang ditakdirkan Tuhan. Aku merasa “wah” dalam kerjaku. Aku sibuk dengan kegiatanku sebagai penulis, kau sibuk dengan kerjaan kantormu sebagai sekretaris. Tapi kita saling ingin bertemu, kita mampu mengatur waktu setidaknya melepas penat dan rindu.  Tapi ada satu hal yang meracau pikiranku yaitu apakah kau dekat hanya tidak padaku seorang. Itu menganggu. Aku tak mau didahuli dan tak rela melepasmu. Bagaimana dan kapan aku bisa menyatakan perasaan. Aku berharap kamu tahu apa yang aku pikirkan dan perasaan.

Perasaan ini mendesakku. Rasa takut kehilanganmu mendorongku maju. Dengan gugup dan malu aku menyatakan cinta di cafe saat kita pertama kali bertemu. Aku berkata,

“Ketika 4 mata saling bertemu, saat itulah 2 hati saling membuat janji agar 4 kaki akan melangkah bersama dengan 2 tangan menggenggam menjadi 1 impian. Biarkan aku menjadi kekasihmu, agar kamu tahu seperti apa rasa sayang dan tidak mau kehilangan itu?”

Kamu terdiam untuk sementara waktu. Mungkin ini sebuah hal yang tak kamu pikir sebelumnya. Kamu diam. Aku dingin, tubuhku dingin, jantung ini terus memacu, urat nadiku mengeras. Pikiranku juga mengeras, menebak apa yang kamu pikirkan setelah aku mengucapkan kalimat yang menurutku gila itu. Dan desiran angin AC cafe itu membuat rambutmu terbang dan mengangguk iya. Iya. Kamu menerima perasaanku. Entah apa harus aku lakukan. Lompat lompat salto di cafe itu, belum cukup mengungkapkan rasa gembira itu. Mau teriak pun, takut ditendang buang sama pelayan cafe itu. Cuma satu kata yang bisa dirangkai bibir ini “Terima kasih cinta.”

Andai kau tahu apa isi pikiranku saat ini. Mungkin kamu akan melebur bersama gejolak asmara ini. Kamu itu duniaku. Ketika kamu tak hadir didepanku. Aku tak bisa melihat seperti apa dunia. Oh beginilah menjadi orang buta. Buta dikarenakan asmara.
Lanjut baca? Mari~ »