Tuesday, July 23, 2013

Bisikan Yang Mengingatkan

0 comments



Ia dan sendirinya adalah bagian yang tak terpisahkan, ketika kau tanpa kejelasan meninggalkan ia mengantung harapan. Perpisahan itu membunuh. Dulu kalian saling mencinta dan merajut asa bersama, sekarang memiliki dunia yang dijalani dengan sendiri. Ia belum bisa mengikhlaskan, dia masih menggantung pada harap. Sulitnya memutar waktu yang ia rasakan ketika menghapus kenangan. Jejak-jejak kecil kehadiranmu masih menggema dalam pikirnya. Namamu terus menggaung, kelopak matanya tak sanggup membendung air mata.

Dia terlalu ringkih dalam bermimpi. Berpikirlah ia sebelum mengikhlaskan kepergianmu. Apakah dengan ini menjadi sebagian cerita dalam hidupnya yang sulit untuk dilupakan. Ia yang pernah denganmu merajut asa, dalam rentang waktu merelakan, ia akan terus menyebut namamu dalam rangkai doanya agar kau mendapat bahagia yang kau inginkan, bukan bersamanya.

Ia bukan wanita tegar, dalam tegaknya, ia mati. Yang dipikiran ia hanya potongan kecil kenangan bersamamu. Ia ingin sekali bertanya, apakah disetiap penggal harimu ada ia yang kau rindu?

Jika bahagiamu didapat tanpa adanya ia, jangan pernah merugi ketika kau jenuh pada hidupmu, mendapati ia yang bahagia dalam sendirinya. Sendirinya yang kosong, disanalah mimpinya bersegmentasi. Hampanya dalam kosong yang menghangatkan kulitnya. Dia yang menangis, dia yang tertawa hanya terbiasa dalam kaca di ruang kosongnya. Bersyukurlah kamu pernah memilikinya. Yang pernah ia rela mengorbankan diri, membantai waktu dalam kesedihan dan terus menyanjung namamu dierat tangan dan di hamparan pipi yang basah karena terus merindu.

Ia belum memilih jalannya. Ia terlalu kikuk menilai dalam setiap kemungkinan. Karena ia hanya tak mau kecewa dan mati dalam harapan. Bahkan ia tak bisa apa-apa. Sejenak ingin terlelap dari riuh penantian. Pasrahnya, ia selalu terjaga ketika rindu menghampiri. Hadirmu yang ia tunggu. Ia masih mengingat janjimu. Yang dulu kau katakan ketika ia penuh harap, bahwa jika kebahagianmu adalah secarik kertas. Maka ada namanya yang tertulis di atasnya.

Ia hanya membingkai diri. Hidupnya masih panjang. Garis lurus mengusut. Sesaat ia tiba di persimpangan, disanalah ia tahu bahwa hidup penuh pilihan. Dalam haru, terkahir katanya adalah “Lengkapilah hidupmu dengan apa-siapa yang bagimu sempurna, dalam kurangku memenuhi, kepadamu hanya doaku yang menyertai.”

Kepada angin, bisikan ini mengingatkanku kembali.
Lanjut baca? Mari~ »

Saturday, June 8, 2013

Seperti Kisah Kemarin

0 comments



Ketika kita terlelap dalam buaian asmara cinta, masih ada yang mengganjal hati apakah kita akan tetap seperti ini pada biasanya. Bukannya saling menjaga, tapi perlahan kau mulai menumbuhkan jenuh, menyangkutkan pada ranting pikiran. Bercabang banyak dan patah. Lalu kau tegak diam tak bersuara. Ada yang lebih penting dari sekedar mencari bahagia, yaitu mencari makna dalam kesedihan. Ada hal yang lebih penting dari sekedar kebersamaan, yaitu rasa yang dimiliki masing-masing yang takut akan kehilangan.  Kebersamaan tak melulu tentang berdua dan bercumbu mesra. Ada saatnya kebersamaan diuji ketika kita terpisah oleh beribu mil jaraknya.   

Dulu kita saling berbagi cerita. Kita saling menguatkan perasaan, mendekat diri pada keberadaan. Tiada yang mungkin hadir tanpa kesetian, tiada yang berjalan melangsungkan hubungan tanpa ada genggaman. Tapi satu, aku tak terlalu suka mengurung perasaan dengan janji bahkan membuai kata dalam ungkapan bibir. Karena bagiku, memaksa berjanji karena takut kehilangan itu tak ada gunanya. Padahal banyak diluar sana tetap setia dalam penantian sekalipun ia telah lama ditinggalkan. Meski kita saling mempunyai mimpi bahagia bersama, berdua, itu sebuah fatamorga yang akan menyakitkan kita ketika kita tak lagi bersama, berdua. 

Kabut. Kau menyamarkan bayangan kepergian. Melenyapkan semua asa yang telah dikonstruksi pikiran. Hati yang teguh perlahan mulai meluluh. Tak satupun jejak yang kau sisipkan disetiap langkah perpisahan. Tak tertanam sedikitpun akan rasa kebencian di pikiranku, bagaimanapun juga kau dulu pernah mengisi hari-hariku. Ya seperti kataku, aku tak mau terlalu berjanji, bukannya aku tak percaya pada perasaan, seperti inilah terjadi, banyak yang menjalar menundukkan kuasa kita dalam mempertahankan hubungan. Setidaknya kepergianmu menjadi bukti, bahwa di setiap janji, ada beban tanggung jawab yang tersisipi. Aku mulai mengerti, menjalani hari kedepanku tanpa ragu. Menyongsong fajar yang menghangatkan tubuh, menyaksikan petang yang mulai meredup. senja yang tenggelam hanya secuil gambaran yang belum bisa mempresentasikan tentang hari esok. Sedikit kuasaku menaruh harapan diujungnya.

Jadilah diri sendiri, karena dalam setiap pengertian dan pengorbanan, perlu mengetahui seluk beluk kepribadian. Tak hanya perasaan, terkadang kecamuk pikiran yang menghambat ide, tak memandang situasi dalam mebolak-balikkan memori. Tak pelak kenangan tanpa mengingat waktu dalam kedatangannya. Keberadaan yang di dalam diri menguasai, akan sia sia dan hanya berujung pada kesepian. Dimana dulu kita pernah bersama, seperti kisah kemarin.
Lanjut baca? Mari~ »

Tuesday, May 28, 2013

Wanita-ku

0 comments

Kau berbeda dari wanita lain. Ada hal yang tersembunyi yang mampu aku lihat dalam dirimu. Sebuah keasyikan bercengkrama tanpa habisnya. Banyak cerita yang kita buat, banyak canda tawa yang kita ujar, dan banyak ungkapan perasaan yang tersisip dalam percakapan. Tapi wanita itu semu bagiku. Mungkin sekarang ini kau ada untukku, besok mungkin saja tidak. Wanita itu bagai belut, meski telah kau kenali segala lekuk liku tubuhnya, sukmanya selalu luput dari genggaman.

Dulu kau ada. Kau selalu menanyakan waktu, membicarakan kemungkinan bertemu. Setidaknya ada yang kita semai setelah melepas rindu dalam aktivitas penuh se. Kau mempertanyakan hari pada cermin, kenapa ada penggantian siang malam tanpa aku dengan kebersamaan. Kenapa ada selasa kalau esok akan datang rabu. Kenapa kau merasa jauh pada jarak yang disana, kalau ada yang mendekatkan diri yaitu rindu. Kau gambaran wanita diatas lembaran sketsaku. Menjadikan aku pelukis yang hanya bermodalkan perasaan. Aku hanya sebuah gelas kosong dengan kau sebagi air penyejuk datang mengisi kekosongan itu. Aku ingin menjadi pena. Membuat tulisan di setiap lembarnya. Tak peduli apa yang salah dalam setiap kata-kata yang menyusunnya.

Kau terlalu menggelora saat kita bersama. Terlalu banyak yang diucapkan dan terlalu banyak yang dirasa. Kau tak kuat hanya sekedar meraba dan menghayalkan, kau ingin bertemu, kau ingin berdua, dan kau ingin tetap bersama. Aku sebuah pelangi, berwarna setelah kau hujani dengan cinta. Tapi rindu terlalu besar diantara kita. Selalu menanyakan aku pada setiap kesempatannya. Kenapa menunggu petang yang akan berganti malam. Sabar menanti dan tak harus bersedih, karena esok akan kembali.

Waktu terus berjalan dan menjadikanmu diri yang dingin. Tak sehangat dulu, saat kita berapi-api dan menghamburkan gelombang aura merah ceria. Kau sekarang abu-abu. Dulu aku ingat ketika kamu sedang tidak percaya, menanyakan apakah kita akan tetap bersama. Aku berjanji. Aku denganmu, bibir ini jujur dalam berkata cinta dan mengutarakan rasa. Tapi apa, kau perlahan melepas genggaman. Kau berjalan dengan sepatu putih ke sebuah titik hitam yang entah berapa jauh jaraknya. Kau memberikan kelam saat meninggalkan. Kau membiarkan air mata ini berlinang dan mengering disudut mata. Kau tak membolehkan aku menangis karena kelingking kita masih bertatut erat. Kau hanya berbisik, “biarkan aku bebas. Aku hanya ingin bernostalgia pada saat aku sendiri. Dulu. Saat aku belum mengenalmu. Aku hanya ingin tahu batas jenuhku, saat itulah aku mengerti kau adalah yang aku cari untuk penghanyut bosanku dan penjaga dalam kantukku”. Kemudian kau pergi.

Wanita, kau telah jauh meninggalkan. Hawa keberadaan hilang kelam dalam bayang-bayang penantian. Aku hanya sendiri, dihembus angin dan hanyut dalam aliran sehingga aku tenggelam dalam memikirkan sosokmu di ruang kosong yang kusebut kenangan. 
Lanjut baca? Mari~ »

Wednesday, May 22, 2013

4-2-4-2-1 : AKu Sayang Kamu

0 comments


Ketika waktu mempertemukan. Ketika perjumpaan berlanjut ke hal yang tak direncanakan. Bahkan berpikir sesuatu yang kecilpun belum ada sebelumnya. Hanya sebatas bertemu, kenalan dan berteman. Di cafĂ© itu adalah tempat yang menjadi cerita awal dari setiap deretan bahagia yang akan dirasakan. Kau menjabat tanganku, terasa halus telapak tanganmu, dari bibir mungil merahmu dengan halus kau menyebut namamu. Ya, namamu Fransiska. Senyummu dan ucapanmu bertanya balik siapa namaku. Dengan gagah bercanda aku menjawab, “I’m your man”.

Kita mulai berbicara tentang kesibukan kita masing-masing. Tapi memandang matamu pun aku grogi. Aku sibuk membagi penglihatanku antara laptop dan matamu. Mata yang indah. Seandainya aku bisa menatap lebih lama berdua di tepi pantai yang pasirnya warna merah muda. Alangkah indahnya hidup ini, dan aku seperti mempunyai bidadari . seperti surga? Tidak. Bahkan menghayal seperti surga itu aku tak mampu. Menikmati senja bersamamu dan melalui malam berdua denganmu adalah salah satu keindahan surga yang aku dapatkan di dunia.

Apa yang kutunggu menjelang larut malam adalah mendengarmu cerita dengan perantara telepon genggam. Bercerita sampai kau lelah dan menguap akan rasa kantuk yang didera. Kau menutup percakapan kita dengan ucapat “selamat tidur”, “have a nice dream”, “Jangan tidur larut malam”. Yap, seketika kau menutup telepon, aku langsung menutup mata menyambut hari baru bersamamu.

Kita mengarungi satu bulan dalam perkenalan. Dua bulan dalam pendekatan. 3 bulan seterusnya bahkan kita tidak tahu kalau kita adalah pasangan yang ditakdirkan Tuhan. Aku merasa “wah” dalam kerjaku. Aku sibuk dengan kegiatanku sebagai penulis, kau sibuk dengan kerjaan kantormu sebagai sekretaris. Tapi kita saling ingin bertemu, kita mampu mengatur waktu setidaknya melepas penat dan rindu.  Tapi ada satu hal yang meracau pikiranku yaitu apakah kau dekat hanya tidak padaku seorang. Itu menganggu. Aku tak mau didahuli dan tak rela melepasmu. Bagaimana dan kapan aku bisa menyatakan perasaan. Aku berharap kamu tahu apa yang aku pikirkan dan perasaan.

Perasaan ini mendesakku. Rasa takut kehilanganmu mendorongku maju. Dengan gugup dan malu aku menyatakan cinta di cafe saat kita pertama kali bertemu. Aku berkata,

“Ketika 4 mata saling bertemu, saat itulah 2 hati saling membuat janji agar 4 kaki akan melangkah bersama dengan 2 tangan menggenggam menjadi 1 impian. Biarkan aku menjadi kekasihmu, agar kamu tahu seperti apa rasa sayang dan tidak mau kehilangan itu?”

Kamu terdiam untuk sementara waktu. Mungkin ini sebuah hal yang tak kamu pikir sebelumnya. Kamu diam. Aku dingin, tubuhku dingin, jantung ini terus memacu, urat nadiku mengeras. Pikiranku juga mengeras, menebak apa yang kamu pikirkan setelah aku mengucapkan kalimat yang menurutku gila itu. Dan desiran angin AC cafe itu membuat rambutmu terbang dan mengangguk iya. Iya. Kamu menerima perasaanku. Entah apa harus aku lakukan. Lompat lompat salto di cafe itu, belum cukup mengungkapkan rasa gembira itu. Mau teriak pun, takut ditendang buang sama pelayan cafe itu. Cuma satu kata yang bisa dirangkai bibir ini “Terima kasih cinta.”

Andai kau tahu apa isi pikiranku saat ini. Mungkin kamu akan melebur bersama gejolak asmara ini. Kamu itu duniaku. Ketika kamu tak hadir didepanku. Aku tak bisa melihat seperti apa dunia. Oh beginilah menjadi orang buta. Buta dikarenakan asmara.
Lanjut baca? Mari~ »

Tuesday, May 21, 2013

Setia Dalam Bait Penantian

0 comments

Ada yang kutunggu-tunggu setiap hari. Ada yang kurindu dalam menyongsong fajar pagi. Ada yang ingin kubelai rambutnya ketika tidur dan mulai bermimpi. Ada dua hal yang kutunggu setiap hari. Pertama, Sapaan “Selamat pagi” ketika kamu terjaga dari mimpi. Kedua kalimat “Have a nice dream” ketika aku terlelap pisah meninggalkan malam.


Dua bola mata ini menatap hampa keluar jendela. Melihat secercah cahaya matahari membayangkan senyum manis kamu yang aku cari. Dalam hariku, aku mencoba tegar dalam menunggu. Dalam menunggu, aku sibuk mengkhayal kehadiranmu. Jangan biarkan aku mati sendiri dalam menanti, jauh harapku disini, aku ingin menjabat tanganmu melepas sepenggal untaian rindu. Menyapa “lama tak berjumpa” dari bibir kering yang butuh cengkerama berdua. Kapan kita bisa bertemu, saling canda tawa berdua, dan melepas haru kesedihan.  Tidak. Hanya aku sedih. Bahkan kamu sedikitpun tak ingin tahu bagaimana aku. 



Aku hanya berdiri dalam harap, bertahan dari goncangan kegelisahan, hinaan dalam penantian, penantian mustahil yang terlalu aku impikan. Biarkan aku mati dalam menunggu. Biarkan aku hidup dalam terpaan abu rindu. Mengeringkan kulit tubuh, tanpa harus kamu tahu. Tidak terlalu banyaklah pintaku. Biarkan aku diingat sebagai bait dari setiap penggalan kenanganmu. Dan aku disini, menjadikanmu kalimat dari setiap untaian kataku dalam doa. Mendoakanmu bahagia dan mempunyai hidup tanpa harus tahu arti sakit dalam merindu. Memohon kepada Tuhan, berikan yang terbaik sepanjang hidupmu. Aku bahagia ketika kamu bahagia, dan aku akan leih bahagia, ketika itu terjadi saat kita bersama.


Kamu sibuk membentuk hidup yang kamu inginkan ditemani oleh dia. Sedangkan aku hanya pengangguran yang sibuk merapikan deretan rindu yang mulai kusut. Tiada mentari dan rembulan yang mngerti, begitu juga air mata yang membasahi pipi. Demikian juga surat cinta yang kutulis ini, biarlah terbang tak tahu arah, jatuh dan mengering menyatu dengan tanah. Gemburkanlah asaku, tunaskanlah harapan baruku dan pucukkanlah impian kesuksesanku. Terimakasih untukmu, jadilah orang yang berarti karena dalam rindu dan penantian, aku tak bosan menunggu.



Lanjut baca? Mari~ »

Monday, May 20, 2013

Kembali Yang Mengingat

0 comments

Melupakan. Sebuah kata dalam kamus hidupku yang paling susah dilakukan. Bahkan menyentuhnya sedikitpun belum sama sekali terpikirkan. Bagaimana tidak, ketika aku mempunyai sesuatu-orang yang pernah menjadi bagian, harus pupus hilang ketika berjumpa untuk berpisah. Tidak secepat itu aku melupakannya, ketika aku sudah mulai mencoba, aku tersadar bahwa banyak benda-orang yang dulu kita bersama pernah kita punya-bertemu. 

Benda. Saat itu aku memberimu untuk hanya sekedar mendapat senyum dan tawa. Sebuah hal gila yang kusebut pengorbanan. Pengorbanan materi dan bathin yang kusiapkan. Benda adalah objek bisu yang menjadi saksi dalam kenangan. Yang mengingatkan semua kejadian saat kita bersama. Itu dulu. Sekarang itu hanya sebuah miniature dalam museum kehidupan. Yang dibingkai kaca dan ketika aku sudah punya jalan hidup berbeda, aku masuk dan menatap semua bingkai bingkai kaca dalam museum itu. Oh aku tau, semua koleksi ini adalah kenangan. Kenangan yang terdahulu terlihat tidak terawat. Kenangan yang belum lama terlewati, masih konkret layaknya nyata.

Orang. Mereka yang pernah terlibat bersangkut paut langsung ataupun tidak. Sangat susah untuk melupakan. Disekitarku, aku ada diantara mereka, yang dahulunya, aku membawamu dan memperkenalkan kepada mereka. Mereka bertanya padaku. Aku bingung. Aku sulit menjelaskan. Dalam pikirku, aku mencoba melupakanmu. Dalam lingkunganku, aku dipaksa untuk mengingatmu. 

Melupakan itu belum bisa kudefinisikan. Belum bisa kuputuskan itu salah atau benar. Mengingat itu sakit, melupakan itu jauh lebih sakit. Aku perlahan dalam kesembuhan, menutup goresan luka yang diberi. Adalah manusiawi jika aku sakit ketika kamu pergi. Bagaimana tidak, dalam hidupku kamu pernah menjadi bagian berarti. Jangan paksa aku untuk melupakan. Pikiranku terbentuk dari banyak ingatan. Jika mau pergi dari kehidupan, benturkan kepalaku ini ke dinding. Puaskan dirimu dalam hasrat meninggalkan. Jangan sisakan sebuah percikan memori kebersamaan. Sia-siakah aku member benda dan mengenal mereka? Jangan paksa aku, biarkan aku kembali dalam mengingat.
Lanjut baca? Mari~ »

Sunday, January 6, 2013

Cerita Cinta Kita: Benih Cinta

0 comments


Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga. Aduh begitulah kata para pujangga~

Cinta itu adalah bibit. Petaninya adalah kita sendiri. Kita yang menyemai bibit itu di ladang hati seseorang. Cinta itu akan membawa hasil positif apabila yang kita semai adalah bibit unggul, dalam artian yaitu cinta yang tulus. Cinta yang tulus bukanlah cinta yang dilandaskan oleh kepura-puraan ataupun cinta yang hanya sekedar pelarian dan nafsu belaka. Ibaratnya apabila yang kita tanam padi, maka yang tumbuh padi juga. Tapi apabila yang kita tanam itu ilalang, jangan pernah berharap yang tumbuh itu adalah padi. Sama seperti cinta, jika yang kita beri atau tanam berupa perhatian dan kasih sayang yang tulus tanpa pamrih, maka nantinya yang didapat adalah cinta yang tulus dari seseorang. Ketika lahan tempat kamu menyemai kering dan tandus, kamu tidak boleh berputus asa. Siramilah terus, Sesungguhnya tanah yang gersang akan menjadi tanah yang basah gembur dan subur.

Ketika benih yang telah tumbuh menjadi tunas, saat-saat itulah awal hubungan dimulai. Memadu kasih, menjalin hubungan. Dan satu hal, proses ini masih berlanjut. Kamu harus merawat tunas itu untuk terus tumbuh. Kau perlu memberinya pupuk dan menyiraminya. Itulah proses yang terjadi ketika kita berhubungan dengan seseorang. Kita perlu merawat dan menjaga hubungan tersebut bagaimanapun caranya. Karena dari awal membentuk suatu hubungan, kita telah melalui berbagai proses dan melakukan berbagai cara untuk menciptakannya.

Ketika tunas berkembang dan tumbuh menjadi tanaman dewasa, disinilah klimaksnya. Kamu harus merawatnya agar tidak terserang hama yang mengganggu perkembangan tumbuhan itu. Sama seperti hubungan, ketika hubungan telah berjalan lama maka akan banyak masalah datang baik dari perselisihan internal ataupun orang ketiga yang datang menggoda. Tugasmu adalah mengusir hama tersebut dengan memberikan pestisida. Ketika hubungan itu telah tahan hama, sudah tiba waktu tanaman itu berbunga dan berbuah. Dimana saat-saat inilah yang ditunggu akhirnya datang juga. Kamu menerima hasil dari hubungan yang telah kamu bentuk dan tanamkan hingga akhirnya yang diimpikan kesampaian juga yaitu beruba hubungan yang lebih serius dan berlanjut ke jenjang berikutnya yaitu pernikahan.

Ketika pernikahan, kamu akan melihat berbagai senyuman orang-orang yang kagum pada buah dari tanaman yang telah kamu pelihara. Tak hanya kamu, bahkan orang terdekat kamu mencicipi buahmu dan mereka menjabat tanganmu kemudian mereka mengucapkan selamat.Kerja kerasmu terbayar sudah.

Proses belumlah berakhir disini. Ketika tanaman telah berbuah, kamu tetap menjaga dan merawat agar terus berbunga dan berbuah. Sama seperti seperti pernikahan, hubungan terus berjalan dan terus dijaga hingga kamu dan seseorang yang kamu cintai menjadi tua. Dengarlah, kesetian itu tak ada karena di dunia ini tak ada yang abadi. Hubungan dapat terpisahkan ketika waktu yang memisahkan. Tanaman yang kau cintai telah tidur di dalam tanah, kau tetap harus mengenangnya. Karena dia bagian dari hidupmu dari awal. Menyiraminya, menabur bunga diatasnya, dan memanjatkan doa untuknya. Cinta itu seperti pohon, semakin banyak kenangan yang dimiliki semakin rimbunlah suatu pohon yang meneduhkan orang-orang dibawahnya. Hubungan yang tetap kuat dibentur oleh masalah akan menjadi batang yang kokoh dan besar, akar yang kuat dan menjalar adalah cinta yang tak ada habisnya dimakan usia, serta buah manis adalah anak-anak imut hasil bercinta kalian berdua.
Lanjut baca? Mari~ »

Friday, January 4, 2013

Cerita Cinta Kita: Hati Ini Berlabuh

0 comments

14 Februari kita bertemu, berkenalan satu sama lain, berbagi cerita. Pertama hanya biasa, lambat laun hati ini berwarna dan hati ini tersenyum ceria. Malam-malam aku memikirkanmu, menunggu telepon dan smsmu, menannyakan kabar dan keseharian yang telah kita lewati masing-masing. Momen itu terus berlanjut, kita jalan bergandengan, berkencan satu sore, dan mengantarkanku pada malam. Malam itu tidak terasa sunyi lagi, hati ini tidak lagi sepi. Mentari senyum menyapaku kala pagi hari, angin menepuk pundakku, kicauan burung menyoraki dunia kalau aku kini bahagia.

Entah berapa lama kita berhubungan, makin hari makin dekat, setiap saat aku berkhayal memikirkanmu dan aku tersenyum karenanya. Awan jadi ladang kenangan cerita kita, saling meneduhkan hati kita dari panasnya gejolak asmara, berbagi canda tawa mendulang kasih bahagia. Kau menyedot perhatianku. Kau menyerap aura perasaanku, kita berpadu dan kita sama hingga menjadi satu.

Hingga akhirnya hari yang paling mendebarkan telah tiba. Aku telah menanti hari ini, jantung berdegup cepat. Darah berpacu laju melawan daya rasa. Detik-detik kau menyatakan cinta, momen-momen kau mengungkapkan perasaan. Dengan gugup dan terbata-bata, kau berhasil mengatakannya. Wajahku memerah, aku malu tapi bahagia. Aku pun tak mampu berkata apa-apa,. Aku hanya tertunduk dan tersenyum malu. Kau gugup menanti apa kata yang keluar dari mulutku. Pasrah dan keyakinan meracau di pikiranmu. Ya, aku dengan pasti menjawabnya kalau aku menerimamu. Kau kini jadi penghuni hatiku. Dengan jawaban "iya", aku menyerahkan tampuk hati ini dan aku berharap kau adalah pilihanku yang mampu bertanggung jawab dalam penguasaan hati ini.

Kita bergandengan menatap pohon sekeliling, berjalan penuh keriangan. Akhirnya dari biasa yang tak ada rasa, kau menggugahku dan aku melihatmu sebagai seseorang yang penuh cinta. Sejak pertama berdekatan, aku bertanya-tanya. Setelah jadian, pertanya itu semua terjawab juga. Berbagai alasan mengokohkanku di dalam dirimi berpadu menjadi satu. Kata orang 14 Februari adalah hari kasih sayang. Bagiku tidak, 14 Februari adalah hari yang mengubahku. Dimana titik perkenalan, menjadi benih perasaan, yang membuat kita menjadi sayang-sayangan. Aku tak sadar dan tak mengira apa-apa, tapi hati ini telah bersedia menerima bunga-bunga yang kau semai di hari pertama kita.
Lanjut baca? Mari~ »

Thursday, January 3, 2013

Cerita Cinta Kita: Rindu Ini

0 comments


Jarak bukanlah hambatan untuk kita menjalin hubungan. Dari awal kita sudah siap menerima apapun resiko yang menghadang ketika menjalani hubungan. Banyak cobaan berat yang melintang, namun yang paling besar untuk dilawan adalah JARAK. Ya, jarak. Bathin seakan menolak untuk bergandengan dengan jarak, namun senyuman menabahkan hati ini. Banyak hubungan retak karena jarak. Apa boleh buat, kita tak bisa memaksa, inilah jalan kita. Mulai dari rasa cemburu, sedih, curiga hingga kecewa. Jarak ini membunuhku. Aku takut kehilanganmu melihat terpaut jarak antara kita. 

Hidup ini adalah perjalanan, jarak adalah rintangan, kerinduan terus menjadi beban, kita berdua menantikan pertemuan, agar senyum keluar mencuat dari perut tekanan perasaan. Ya, jarak menghambat kita, tapi jaraklah yang menguatkan hati kita. 

Aku menanti saat-sat kau kembali. Banyaknya rintik hujan yang jatuh membasahi bumi, sebanyak itulah rindu yang terpatri dalam hati. Aku hanya bisa memandang jendela yang dibasahi air hujan. Kabur-kabur yang memburamkan perasaan, badai yang mencoba menyapu ketegaran, nafas dingin membekukan kerinduan. Tapi itu takkan mampu menghalangi, aku mempunya api unggun dalam hati. Ketika aku sendiri, membeku, api unggun yang menghangati dan mencairkan. Api unggunnya adalah kata yang terucap dari mulutmu yaitu janji untuk kembali.

Aku seperti pohon, rindu seperti pucuk daun, pikiran seperti ranting pohon, dan aku siap diterpa angin puting beliung. Walaupun angin jarak meracau pucuk daunku, ketika kekeringan tanah menandaskan rantingku, tapi aku tetap aku, aku ditopang oleh akar kuat. Akar ini terus tumbuh dan menjalar ketika kau ucapkan "Aku sayang kamu dan aku merindukanmu".

Waktu terus berlalu, aku harap kau sekejap berada di depanku, datang tersenyum lalu memelukku, mengusap air mata di pipi, membelai rambut ini, dan membisikkan "Tegarlah, karena kau, aku disini. Tersenyumlah, aku datang tak untuk ditangisi, aku datang untuk menghadirkan keceriaan wajahmu lagi".

Aku tidak mau kau terus pergi, aku mau kamu disini, hadir memberikan jutaan inspirasi. Tapi aku tak bisa apa-apa. Aku relakan kamu pergi mencapai tujuanmu. Tapi berjanjilah kau akan kembali nanti... Untukku, kekasih pujaan hati.
Lanjut baca? Mari~ »

Tuesday, December 18, 2012

Cerita Cinta Kita: Kamu Telah Pergi

0 comments


Hubungan akan terasa indah jika saling mencinta. Dua sejoli akan terlihat mesra, bersenda gurau dan berbagi canda tawa. Tapi bahagia itu tidaklah abadi. Suatu tragedi bisa saja mengakhiri. Suatu kesalahan bisa saja menghancurkan. Itulah yang aku rasa. Disaat cinta yang memuncak, disaat rasa membludak, disaat aku menyayangimu dan membekas di hatimu kelak, sekarang tinggallah kenangan. Aku telah kehilangmu. Kau pergi tanpa permisi. Kau yang dulu berbeda dari sekarang. kau meninggalkanku dengan seribu alasan.

Kronologi Cinta:

Kau datang tanpa mengetuk hati, aku terkejut lalu luluh, dan sekarang kau hilang tanpa permisi

Kau dekati aku dengan 1000 rayuan. kau cintaiku dengan 1000 perhatian, dan kau sakiti aku dengan 1000 kelakuan.

Di dalam suatu hubungan sangat dilarang ada sesuatu yang tersembunyi. Tak ada gunanya. Cepat atau lambat, hubungan akan terakhiri juga. Aku rela kamu pergi dan jangan pernah kembali. Aku ingin sendiri. Aku sedang menunggu seseorang yang mencintaiku sepenuh hati. Walaupun kau kembali, itu takkan ada arti. Hatiku telah terlanjur sepi. Besar sedihnya aku sama seperti rintik hujan yang meluluhlantakkan tanah. Kau tak tau betapa sakitnya rasa ini, kau hanya bisa berjoget diatas lumpur tanpa memperhatikan bajumu yang kotor. Aku tersiksa, asal kamu tau. Dulu, aku cuma berharap sama kamu tidak banyak. Aku cuma mohon kepadamu tinggal sejenak dan lupakanlah waktu, temani air mataku teteskan lara, merajut rasa dan menjalin mimpi bersamamu.  

Banyak janji manis yang terucap dari bibirmu. Sekarang hanya tinggal sepah, tak ada harganya. Sekarang wajahmu berpaling dari senyumku. Senyum hilang, suram wajah datang. Ketika aku berdoa, aku tidak mengharapkan kamu kembali, aku ingin terus tegar berdiri sendiri, aku tak mau memaksakan hati, Tuhan tau yang terbaik untukku. Mereka melihatku terkadang bahagia tapi banyak sedihnya, aku lagi labil, ini semua butuh waktu. Apa yang aku rasa tidak semudah "Yang sabar ya", melainkan aku cuma butuh kalimat "AKu ada untukmu". Sekarang bagaimanapun tak ada hasilnya, aku tak dianggap, tapi aku senang, aku termotivasi memperbaiki diri. Mungkin aku ada salah, aku mencoba introspeksi. Jika kamu yang salah, dari awal kamu tinggalin aku, aku telah memafkanmu. Tak ada manfaat juga aku menyimpan kekesalan. Kejengkelan itu hanya menyiksa diri, tubuh ini akan digrogoti rasa sakit hati, lalu tinggal lah tulang yang kehilangan daging kenangan. 

Puisi: Laraku

Selimuti laraku
Kau tinggalkanku tanpa cinta yang dulu
Rasa ini hilang karena hatimu yang gersang
Aku sedih dan menjalani hidup dengan tertatih
Kulihat awan, tak ada memberikan jawaban
Ku dengar kicauan burung, tak ada memberi kabar
Kulihat ranting pohon, hanya bertuliskan kenangan.
Pergilah, pergilah, dan jangan kembali

Inilah arti dari Tuhan yang meletakkan penyesalan belakangan, agar manusia berfikir sebelum bertindak. Penyesalan memang datang terlambat, kalau datangnya duluan itu namanya Mahasiswa Baru lagi diospek.


Lanjut baca? Mari~ »

Cerita Cinta Kita: Aku dan Kamu

0 comments

Aku dan kamu adalah satu. Dua manusia yang sangat berbeda kemudian berpadu. Tak ada didunia ini yang terlalu aku impikan selain kamu. Menyukaimu bukanlah suatu keraguan bagiku. Tak ada ini itu, aku terima kamu apa adanya. Aku tidak mau menjadikan kamu sebagai cinta matiku. Aku mau kamu sebagai cinta hidupku... Aku mau kamu hidup dan aku rela mengorbankan nyawa untuk itu. Kata orang, cinta itu berjuta rasanya, bagi aku tidak. Cinta itu hanya satu rasa, yaitu rasa untuk memiliki kamu selamanya.Dan kata orang juga, ketika saling jatuh cinta, dunia terasa milik berdua. Menurutku tidak, dunia milik Tuhan Yang Maha Kuasa, ketika jatuh cinta, kita mempunya dunia sendiri untuk berdua bersama.

Cinta itu sederhana. Bukan berarti kita saling jatuh cinta pada pandang pertama ketika makan nasi padang di Rumah Makan Sederhana. Cinta sederhana itu adalah cinta yang memupuk rasa suka duka di hati kita, dan tak ingin jauh satu sama lain. Kekuranganmu adalah harga yang harus aku bayar, dan kelebihanmu adalah bonus dari apa yang aku bayar.

Aku ingin kamu mengerti betapa senangnya hati ini. Senyummu adalah obat bagiku, tangismu adalah luka bagiku. Sebanyak apapun aku memberikan kamu badai hujan, sebanyak itu juga aku berusaha membentuk pelangi di matamu. Besarnya cintaku kepadamu tak perlu kamu tau, biar Tuhan yang tau. Dan ketika aku sudah tak ada lagi, Tuhanlah yang memberi tahu kepadamu seperti apa cintaku.

Aku tidak sesempurna apa yang kamu bayangkan, tetapi aku sebrengsek apa yang kamu tidak pikirkan. Aku rela mementingkan dirimu daripada tubuhku ini. Aku rela kurus, aku rela patah tulang, aku rela kehilangan nyawa, dan aku ingin kamu bahagia, aku ingin ada bekas yang tersedimentasi di pikiran dan hatimu bahwasanya aku pernah ada untukmu. Tak peduli seberapa besar rasa sakit yang aku deriti, Jiwa raga ini tercipta untuk membuatmu riang gembira. Aku akan selalu menebar senyum di hadapanmu. menuai biji cinta di hatimu, memanen hasil untuk diperlihatkan ke dunia, tak peduli penat dan letih mengalir di dahiku. Rahang ini masih kuat untuk bicara. dada ini masih kuat membusung derita, bahu ini masih tegar ketika kamu ada masalah, tapi hati ini tak akan tega kalau kamu terus dilingkupi rasa sedih. Aku adalah aku. kamu adalah aku. Ketika aku jauh, aku dan kamu tetaplah satu. Ketika kita berdampingan, aku dan kamu juga satu. Satu sajak cinta yang membuat kamu terpesona.
Lanjut baca? Mari~ »