Wednesday, January 8, 2014

Mungkin Belum Saatnya

0 comments
Telah lama saling kenal. Tak ada hubungan khusus, hanya sebatas teman. Ya itu kita. Kau dan aku. Saling mengetahui dan memahami, karena banyak cerita yang kita ungkapkan. Banyak curhatanmu yang aku dengar, banyak tangisanmu yang aku perhatikan. Dan sekali lagi, kita hanya sebatas teman. Hanya cerita yang bisa diungkapan, tidak dengan perasaan.

Aku suka denganmu, bisa saja ini cinta. Tetapi belum tentu denganmu. Ketika aku menatap matamu dikala perbincangan hangat antara kita berdua, melihat matamu, membaca arti pandanganmu, sedikit banyak aku tahu jika aku hanya seorang teman. Teman yang mampu mengerti akan keluh kesahmu. Dan mencoba berada di sampingmu ketika membutuhkanku. Itu semua aku lakukan karena aku sayang dan cinta, mungkin. Dan aku mencoba dalam batasnya hanya sebagai seorang teman.

Pertanyaan tentang keberadaanku untukmu, yang aku sendiripun tak tahu jawabannya. Apakah itu kau menganggapku hanya salah satu teman dari yang kau punya, atau mungkin kita mempunyai perasaan yang sama, hanya saja masih tersimpan dan enggan untuk mengutarakan. Masih tertinggal di benakku, jauh sebelum kedekatan kita saat ini, awal dari perkenalan kita tanpa ada rasa apapun, berkenalan, hanya ingin tahu wujud dan nama.

Dan benar, cinta itu tak langsung ada. Tumbuh secara perlahan, tanpa diduga. Kemudian semesta yang menentukan dan memegang kehendak untuk mendekatkan kita. Waktu yang berjalan,  tanpa sadar, aku telah jauh menggunakan perasaan di dalamnya, di dalam kedekatan ini. Aku tahu ini percuma. Akan ada perasaan yang tak terbalaskan. Walaupun aku belum tahu apa pikirmu terhadap isi hati, semoga ini tetap menjadi teman.

Mungkin belum saatnya kita lebih dari saat ini. Mungkin juga belum saatnya kita ditakdirkan untuk, saling cinta. Tetapi kita masih bersama, dalam sebuah pertemanan yang berbeda. 

Lanjut baca? Mari~ »

Thursday, January 2, 2014

Hujan Reda

0 comments
Pernahkah kau menepi, berlindung dari rintik hujan? Ataukah kau terus berjalan hingga kebasahan? Ketika itu aku menepi. Untuk sementara waktu, menengadah kepala keatas melihat rintik hujan yang jatuh. Diantara sela-sela air itu aku melihatmu. Mencoba sedikit kembali mengingat masa lalu, dimana kita (pernah) duduk ditemani secangkir kopi hangat di sebuah café. Melihat ke jendela, mengikuti suasana dan menikmati sejuknya aroma hujan, kau mulai berbagi cerita. Telapak tanganmu menopang dagu, matamu menuju langit-langit café tersebut, berusah menguak kembali kisah-kisah yang pernah dilalui, entah itu pahit atau manis.

Dan aku mendengarkannya. Melihat matamu, melihat gerak-gerik mulutmu. Kemudian aku meraih tanganmu, menggenggam, semoga engkau tahu, kenyamanan itu adalah saling berbagi kehangatan. Teruslah bercerita. Biarkan aku tenggelam dalam kisahmu. Mungkin saja kita punya cerita sama, ataupun berbeda. Ya, berbagi dan saling mengisi.

Lihatlah kaca jendela itu, mulai berembun. Aku ingin tunjukkan sesuatu, telunjuk ini akan menulis nama kita berdua. Ketika hujan reda, yang nantinya cahaya akan menguapkannya. Lalu jendela menyimpannya dalam memori, saat waktu tiba ia akan menjadi saksi bahwa kita pernah disini, duduk berdua berbagi cerita hingga rintik hujan reda walaupun kita tak lagi bersama.

Lanjut baca? Mari~ »

Wednesday, August 7, 2013

Enggan Mengungkapkan

1 comments
Kita telah lama kenal. Dan aku telah mengisi hari-harimu ketika sendiri. Perjumpaan kita hanya bisa dihitung jari. Namun, itu bukan halanganku untuk menyayangi. Disetiap percakapan kita di social chat, akan menjadi bukti tertulis bahwa keseriusan tak mengenal tempat. Dan juga, sangat berterimakasih dari aku telah menjadi teman dekatku dalam bercerita.

Disetiap curahan hati, kekesalan, dan kebahagiaan yang telah diceritakan kepada aku, akan menjadi memori  tersendiri yang kusimpan pada sudut pikiran tertentu. Tak akan dilupakan. Memberi perhatian semampuku, membuatmu nyaman dengan jeda kata-kata yang dipisahkan oleh spasi, dari bait hati tentunya.

Banyak dari kata-kata itu tersirat makna, dan aku tak berharap juga untuk kamu mengerti. Karena aku sadar, keberadaanku belum pasti. Tetapi bathin ini berbisik, bahwa kau juga menyimpan rasa. Kita saling enggan mengungkapkan, mungkin. Terlalu kaku dalam kedekatan.

Memang sakit terlalu lama memendam. Perasaan seakan sirna diterbangkan waktu. Dan pada akhirnya, jarak adalah pemisah. Mengucapkan kata perpisahan namun terselip makna sebuah ketidakterimaan. Bahwa dengan ini aku dan kamu “tak lagi dekat”.

Keberanianku tentang debu, menempel disebuah dinding kokoh, namun terlalu lemah untuk mendobrak. Dan biarkan Tuhan yang menunjukkan kuasanya, memberi kesempatan dan waktu, untuk aku ungkapkan. Dimana aku mulai yakin, denganmu, bahwa kamu adalah wanita yang ditetapkan Tuhan untuk aku temani. Di hari spesialmu, aku akan datang, entah itu cepat atau lambat, kita akan kembali bertemu, mencampakkan keengganan sebelum merasa hilang, dimana kita tak kuat lagi untuk menggenggam. 
Lanjut baca? Mari~ »

Sunday, July 28, 2013

Puisi : Terpendam

0 comments


Terpendam

Aku pernah ingat masa itu, masa kita bersama
Tak bosan bermimpi dan menggapainya
Bersama pula

Kita telah lama berpisah namun tersisip kenangan
Jejakmu masih membekas
Dan Aku pernah peduli
Aku pernah menangis untukmu

Aku mendoakanmu senantiasa waktu
Berbisik kepada awan, menyampaikan padamu
Menyertai langkahmu, membentuk bahagiamu

Kepada angin, hembuskan harapku
Mimpiku mengarungi samudra
Meninggalkan asa yang telah aku rajut bersamanya
Kini waktu belum menjawab
Serta bintang tak jua menunjuk arahnya

Rasa sayang ini besar
Menghilangkannya suatu kesusahan
Perlahan mencoba sebisa mungkin
Jauh didalamnya, akan terus terpendam


Lanjut baca? Mari~ »

Wednesday, May 22, 2013

4-2-4-2-1 : AKu Sayang Kamu

0 comments


Ketika waktu mempertemukan. Ketika perjumpaan berlanjut ke hal yang tak direncanakan. Bahkan berpikir sesuatu yang kecilpun belum ada sebelumnya. Hanya sebatas bertemu, kenalan dan berteman. Di café itu adalah tempat yang menjadi cerita awal dari setiap deretan bahagia yang akan dirasakan. Kau menjabat tanganku, terasa halus telapak tanganmu, dari bibir mungil merahmu dengan halus kau menyebut namamu. Ya, namamu Fransiska. Senyummu dan ucapanmu bertanya balik siapa namaku. Dengan gagah bercanda aku menjawab, “I’m your man”.

Kita mulai berbicara tentang kesibukan kita masing-masing. Tapi memandang matamu pun aku grogi. Aku sibuk membagi penglihatanku antara laptop dan matamu. Mata yang indah. Seandainya aku bisa menatap lebih lama berdua di tepi pantai yang pasirnya warna merah muda. Alangkah indahnya hidup ini, dan aku seperti mempunyai bidadari . seperti surga? Tidak. Bahkan menghayal seperti surga itu aku tak mampu. Menikmati senja bersamamu dan melalui malam berdua denganmu adalah salah satu keindahan surga yang aku dapatkan di dunia.

Apa yang kutunggu menjelang larut malam adalah mendengarmu cerita dengan perantara telepon genggam. Bercerita sampai kau lelah dan menguap akan rasa kantuk yang didera. Kau menutup percakapan kita dengan ucapat “selamat tidur”, “have a nice dream”, “Jangan tidur larut malam”. Yap, seketika kau menutup telepon, aku langsung menutup mata menyambut hari baru bersamamu.

Kita mengarungi satu bulan dalam perkenalan. Dua bulan dalam pendekatan. 3 bulan seterusnya bahkan kita tidak tahu kalau kita adalah pasangan yang ditakdirkan Tuhan. Aku merasa “wah” dalam kerjaku. Aku sibuk dengan kegiatanku sebagai penulis, kau sibuk dengan kerjaan kantormu sebagai sekretaris. Tapi kita saling ingin bertemu, kita mampu mengatur waktu setidaknya melepas penat dan rindu.  Tapi ada satu hal yang meracau pikiranku yaitu apakah kau dekat hanya tidak padaku seorang. Itu menganggu. Aku tak mau didahuli dan tak rela melepasmu. Bagaimana dan kapan aku bisa menyatakan perasaan. Aku berharap kamu tahu apa yang aku pikirkan dan perasaan.

Perasaan ini mendesakku. Rasa takut kehilanganmu mendorongku maju. Dengan gugup dan malu aku menyatakan cinta di cafe saat kita pertama kali bertemu. Aku berkata,

“Ketika 4 mata saling bertemu, saat itulah 2 hati saling membuat janji agar 4 kaki akan melangkah bersama dengan 2 tangan menggenggam menjadi 1 impian. Biarkan aku menjadi kekasihmu, agar kamu tahu seperti apa rasa sayang dan tidak mau kehilangan itu?”

Kamu terdiam untuk sementara waktu. Mungkin ini sebuah hal yang tak kamu pikir sebelumnya. Kamu diam. Aku dingin, tubuhku dingin, jantung ini terus memacu, urat nadiku mengeras. Pikiranku juga mengeras, menebak apa yang kamu pikirkan setelah aku mengucapkan kalimat yang menurutku gila itu. Dan desiran angin AC cafe itu membuat rambutmu terbang dan mengangguk iya. Iya. Kamu menerima perasaanku. Entah apa harus aku lakukan. Lompat lompat salto di cafe itu, belum cukup mengungkapkan rasa gembira itu. Mau teriak pun, takut ditendang buang sama pelayan cafe itu. Cuma satu kata yang bisa dirangkai bibir ini “Terima kasih cinta.”

Andai kau tahu apa isi pikiranku saat ini. Mungkin kamu akan melebur bersama gejolak asmara ini. Kamu itu duniaku. Ketika kamu tak hadir didepanku. Aku tak bisa melihat seperti apa dunia. Oh beginilah menjadi orang buta. Buta dikarenakan asmara.
Lanjut baca? Mari~ »

Monday, May 20, 2013

Kembali Yang Mengingat

0 comments

Melupakan. Sebuah kata dalam kamus hidupku yang paling susah dilakukan. Bahkan menyentuhnya sedikitpun belum sama sekali terpikirkan. Bagaimana tidak, ketika aku mempunyai sesuatu-orang yang pernah menjadi bagian, harus pupus hilang ketika berjumpa untuk berpisah. Tidak secepat itu aku melupakannya, ketika aku sudah mulai mencoba, aku tersadar bahwa banyak benda-orang yang dulu kita bersama pernah kita punya-bertemu. 

Benda. Saat itu aku memberimu untuk hanya sekedar mendapat senyum dan tawa. Sebuah hal gila yang kusebut pengorbanan. Pengorbanan materi dan bathin yang kusiapkan. Benda adalah objek bisu yang menjadi saksi dalam kenangan. Yang mengingatkan semua kejadian saat kita bersama. Itu dulu. Sekarang itu hanya sebuah miniature dalam museum kehidupan. Yang dibingkai kaca dan ketika aku sudah punya jalan hidup berbeda, aku masuk dan menatap semua bingkai bingkai kaca dalam museum itu. Oh aku tau, semua koleksi ini adalah kenangan. Kenangan yang terdahulu terlihat tidak terawat. Kenangan yang belum lama terlewati, masih konkret layaknya nyata.

Orang. Mereka yang pernah terlibat bersangkut paut langsung ataupun tidak. Sangat susah untuk melupakan. Disekitarku, aku ada diantara mereka, yang dahulunya, aku membawamu dan memperkenalkan kepada mereka. Mereka bertanya padaku. Aku bingung. Aku sulit menjelaskan. Dalam pikirku, aku mencoba melupakanmu. Dalam lingkunganku, aku dipaksa untuk mengingatmu. 

Melupakan itu belum bisa kudefinisikan. Belum bisa kuputuskan itu salah atau benar. Mengingat itu sakit, melupakan itu jauh lebih sakit. Aku perlahan dalam kesembuhan, menutup goresan luka yang diberi. Adalah manusiawi jika aku sakit ketika kamu pergi. Bagaimana tidak, dalam hidupku kamu pernah menjadi bagian berarti. Jangan paksa aku untuk melupakan. Pikiranku terbentuk dari banyak ingatan. Jika mau pergi dari kehidupan, benturkan kepalaku ini ke dinding. Puaskan dirimu dalam hasrat meninggalkan. Jangan sisakan sebuah percikan memori kebersamaan. Sia-siakah aku member benda dan mengenal mereka? Jangan paksa aku, biarkan aku kembali dalam mengingat.
Lanjut baca? Mari~ »

Thursday, January 3, 2013

Cerita Cinta Kita: Rindu Ini

0 comments


Jarak bukanlah hambatan untuk kita menjalin hubungan. Dari awal kita sudah siap menerima apapun resiko yang menghadang ketika menjalani hubungan. Banyak cobaan berat yang melintang, namun yang paling besar untuk dilawan adalah JARAK. Ya, jarak. Bathin seakan menolak untuk bergandengan dengan jarak, namun senyuman menabahkan hati ini. Banyak hubungan retak karena jarak. Apa boleh buat, kita tak bisa memaksa, inilah jalan kita. Mulai dari rasa cemburu, sedih, curiga hingga kecewa. Jarak ini membunuhku. Aku takut kehilanganmu melihat terpaut jarak antara kita. 

Hidup ini adalah perjalanan, jarak adalah rintangan, kerinduan terus menjadi beban, kita berdua menantikan pertemuan, agar senyum keluar mencuat dari perut tekanan perasaan. Ya, jarak menghambat kita, tapi jaraklah yang menguatkan hati kita. 

Aku menanti saat-sat kau kembali. Banyaknya rintik hujan yang jatuh membasahi bumi, sebanyak itulah rindu yang terpatri dalam hati. Aku hanya bisa memandang jendela yang dibasahi air hujan. Kabur-kabur yang memburamkan perasaan, badai yang mencoba menyapu ketegaran, nafas dingin membekukan kerinduan. Tapi itu takkan mampu menghalangi, aku mempunya api unggun dalam hati. Ketika aku sendiri, membeku, api unggun yang menghangati dan mencairkan. Api unggunnya adalah kata yang terucap dari mulutmu yaitu janji untuk kembali.

Aku seperti pohon, rindu seperti pucuk daun, pikiran seperti ranting pohon, dan aku siap diterpa angin puting beliung. Walaupun angin jarak meracau pucuk daunku, ketika kekeringan tanah menandaskan rantingku, tapi aku tetap aku, aku ditopang oleh akar kuat. Akar ini terus tumbuh dan menjalar ketika kau ucapkan "Aku sayang kamu dan aku merindukanmu".

Waktu terus berlalu, aku harap kau sekejap berada di depanku, datang tersenyum lalu memelukku, mengusap air mata di pipi, membelai rambut ini, dan membisikkan "Tegarlah, karena kau, aku disini. Tersenyumlah, aku datang tak untuk ditangisi, aku datang untuk menghadirkan keceriaan wajahmu lagi".

Aku tidak mau kau terus pergi, aku mau kamu disini, hadir memberikan jutaan inspirasi. Tapi aku tak bisa apa-apa. Aku relakan kamu pergi mencapai tujuanmu. Tapi berjanjilah kau akan kembali nanti... Untukku, kekasih pujaan hati.
Lanjut baca? Mari~ »

Tuesday, December 18, 2012

Cerita Cinta Kita: Kamu Telah Pergi

0 comments


Hubungan akan terasa indah jika saling mencinta. Dua sejoli akan terlihat mesra, bersenda gurau dan berbagi canda tawa. Tapi bahagia itu tidaklah abadi. Suatu tragedi bisa saja mengakhiri. Suatu kesalahan bisa saja menghancurkan. Itulah yang aku rasa. Disaat cinta yang memuncak, disaat rasa membludak, disaat aku menyayangimu dan membekas di hatimu kelak, sekarang tinggallah kenangan. Aku telah kehilangmu. Kau pergi tanpa permisi. Kau yang dulu berbeda dari sekarang. kau meninggalkanku dengan seribu alasan.

Kronologi Cinta:

Kau datang tanpa mengetuk hati, aku terkejut lalu luluh, dan sekarang kau hilang tanpa permisi

Kau dekati aku dengan 1000 rayuan. kau cintaiku dengan 1000 perhatian, dan kau sakiti aku dengan 1000 kelakuan.

Di dalam suatu hubungan sangat dilarang ada sesuatu yang tersembunyi. Tak ada gunanya. Cepat atau lambat, hubungan akan terakhiri juga. Aku rela kamu pergi dan jangan pernah kembali. Aku ingin sendiri. Aku sedang menunggu seseorang yang mencintaiku sepenuh hati. Walaupun kau kembali, itu takkan ada arti. Hatiku telah terlanjur sepi. Besar sedihnya aku sama seperti rintik hujan yang meluluhlantakkan tanah. Kau tak tau betapa sakitnya rasa ini, kau hanya bisa berjoget diatas lumpur tanpa memperhatikan bajumu yang kotor. Aku tersiksa, asal kamu tau. Dulu, aku cuma berharap sama kamu tidak banyak. Aku cuma mohon kepadamu tinggal sejenak dan lupakanlah waktu, temani air mataku teteskan lara, merajut rasa dan menjalin mimpi bersamamu.  

Banyak janji manis yang terucap dari bibirmu. Sekarang hanya tinggal sepah, tak ada harganya. Sekarang wajahmu berpaling dari senyumku. Senyum hilang, suram wajah datang. Ketika aku berdoa, aku tidak mengharapkan kamu kembali, aku ingin terus tegar berdiri sendiri, aku tak mau memaksakan hati, Tuhan tau yang terbaik untukku. Mereka melihatku terkadang bahagia tapi banyak sedihnya, aku lagi labil, ini semua butuh waktu. Apa yang aku rasa tidak semudah "Yang sabar ya", melainkan aku cuma butuh kalimat "AKu ada untukmu". Sekarang bagaimanapun tak ada hasilnya, aku tak dianggap, tapi aku senang, aku termotivasi memperbaiki diri. Mungkin aku ada salah, aku mencoba introspeksi. Jika kamu yang salah, dari awal kamu tinggalin aku, aku telah memafkanmu. Tak ada manfaat juga aku menyimpan kekesalan. Kejengkelan itu hanya menyiksa diri, tubuh ini akan digrogoti rasa sakit hati, lalu tinggal lah tulang yang kehilangan daging kenangan. 

Puisi: Laraku

Selimuti laraku
Kau tinggalkanku tanpa cinta yang dulu
Rasa ini hilang karena hatimu yang gersang
Aku sedih dan menjalani hidup dengan tertatih
Kulihat awan, tak ada memberikan jawaban
Ku dengar kicauan burung, tak ada memberi kabar
Kulihat ranting pohon, hanya bertuliskan kenangan.
Pergilah, pergilah, dan jangan kembali

Inilah arti dari Tuhan yang meletakkan penyesalan belakangan, agar manusia berfikir sebelum bertindak. Penyesalan memang datang terlambat, kalau datangnya duluan itu namanya Mahasiswa Baru lagi diospek.


Lanjut baca? Mari~ »

Cerita Cinta Kita: Aku dan Kamu

0 comments

Aku dan kamu adalah satu. Dua manusia yang sangat berbeda kemudian berpadu. Tak ada didunia ini yang terlalu aku impikan selain kamu. Menyukaimu bukanlah suatu keraguan bagiku. Tak ada ini itu, aku terima kamu apa adanya. Aku tidak mau menjadikan kamu sebagai cinta matiku. Aku mau kamu sebagai cinta hidupku... Aku mau kamu hidup dan aku rela mengorbankan nyawa untuk itu. Kata orang, cinta itu berjuta rasanya, bagi aku tidak. Cinta itu hanya satu rasa, yaitu rasa untuk memiliki kamu selamanya.Dan kata orang juga, ketika saling jatuh cinta, dunia terasa milik berdua. Menurutku tidak, dunia milik Tuhan Yang Maha Kuasa, ketika jatuh cinta, kita mempunya dunia sendiri untuk berdua bersama.

Cinta itu sederhana. Bukan berarti kita saling jatuh cinta pada pandang pertama ketika makan nasi padang di Rumah Makan Sederhana. Cinta sederhana itu adalah cinta yang memupuk rasa suka duka di hati kita, dan tak ingin jauh satu sama lain. Kekuranganmu adalah harga yang harus aku bayar, dan kelebihanmu adalah bonus dari apa yang aku bayar.

Aku ingin kamu mengerti betapa senangnya hati ini. Senyummu adalah obat bagiku, tangismu adalah luka bagiku. Sebanyak apapun aku memberikan kamu badai hujan, sebanyak itu juga aku berusaha membentuk pelangi di matamu. Besarnya cintaku kepadamu tak perlu kamu tau, biar Tuhan yang tau. Dan ketika aku sudah tak ada lagi, Tuhanlah yang memberi tahu kepadamu seperti apa cintaku.

Aku tidak sesempurna apa yang kamu bayangkan, tetapi aku sebrengsek apa yang kamu tidak pikirkan. Aku rela mementingkan dirimu daripada tubuhku ini. Aku rela kurus, aku rela patah tulang, aku rela kehilangan nyawa, dan aku ingin kamu bahagia, aku ingin ada bekas yang tersedimentasi di pikiran dan hatimu bahwasanya aku pernah ada untukmu. Tak peduli seberapa besar rasa sakit yang aku deriti, Jiwa raga ini tercipta untuk membuatmu riang gembira. Aku akan selalu menebar senyum di hadapanmu. menuai biji cinta di hatimu, memanen hasil untuk diperlihatkan ke dunia, tak peduli penat dan letih mengalir di dahiku. Rahang ini masih kuat untuk bicara. dada ini masih kuat membusung derita, bahu ini masih tegar ketika kamu ada masalah, tapi hati ini tak akan tega kalau kamu terus dilingkupi rasa sedih. Aku adalah aku. kamu adalah aku. Ketika aku jauh, aku dan kamu tetaplah satu. Ketika kita berdampingan, aku dan kamu juga satu. Satu sajak cinta yang membuat kamu terpesona.
Lanjut baca? Mari~ »